Jakarta – Morihei Ueshiba lahir pada 14 Desember 1883 di sebuah desa kecil di Tanabe, Prefektur Wakayama, Jepang. Ia tumbuh di lingkungan keluarga petani yang sederhana namun kaya akan nilai-nilai moral dan spiritual. Sejak usia dini, Ueshiba dikenal sebagai anak yang berbadan lemah, namun memiliki tekad yang kuat untuk mengubah dirinya menjadi lebih kuat, baik secara fisik maupun mental. Ayahnya, Yoroku Ueshiba, adalah seorang pria yang tangguh dan selalu mendorong Morihei untuk mengejar kekuatan fisik dan keahlian bela diri.
Sebagai seorang anak, Ueshiba sering kali melihat ayahnya terlibat dalam perdebatan politik lokal, yang sering kali berujung pada bentrokan fisik. Hal ini memicu keinginannya untuk mempelajari seni bela diri, bukan hanya untuk melindungi dirinya, tetapi juga untuk menemukan kedamaian dan cara hidup yang lebih harmonis. Sejak saat itulah, Ueshiba mulai mendalami berbagai seni bela diri tradisional Jepang.
Pembelajaran dan Pengembangan Aikido
Pada awal abad ke-20, Ueshiba memulai perjalanan panjangnya dalam dunia seni bela diri dengan mempelajari beberapa disiplin yang berbeda, termasuk jujutsu, kenjutsu (ilmu pedang), dan sojutsu (ilmu tombak). Ia belajar di bawah bimbingan beberapa guru bela diri terkenal pada masa itu, yang kemudian membentuk dasar dari teknik dan filosofi yang akan ia kembangkan dalam aikido.
Namun, Morihei Ueshiba tidak hanya tertarik pada aspek fisik dari seni bela diri. Ia juga tertarik pada spiritualitas dan filsafat hidup, yang kemudian membawanya ke pertemuan dengan berbagai guru spiritual. Pada tahun 1919, setelah melalui krisis spiritual yang mendalam, Ueshiba bertemu dengan guru agama Omoto-kyo, Onisaburo Deguchi. Pertemuan ini memiliki pengaruh besar pada Ueshiba dan mengubah pandangannya tentang seni bela diri.
Pengalaman spiritual ini mendorong Ueshiba untuk melihat seni bela diri dari perspektif yang berbeda. Ia mulai menggabungkan elemen-elemen spiritual dengan teknik fisik, menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar seni bertarung—sebuah jalan hidup yang berakar pada prinsip harmoni, kasih sayang, dan kedamaian. Dari sinilah lahir aikido, yang berarti “jalan untuk menyatukan energi hidup.”
Membentuk dan Menyebarkan Aikido
Pada tahun 1920-an, Ueshiba mulai mengajarkan teknik-teknik yang ia kembangkan, yang kemudian dikenal sebagai aikido. Aikido, yang menggabungkan gerakan melingkar dengan penggunaan tenaga lawan untuk mengendalikan serangan, sangat berbeda dari seni bela diri lain yang lebih menekankan pada kekuatan dan dominasi. Ueshiba menekankan bahwa aikido tidak hanya berfokus pada pertarungan, tetapi juga pada pengembangan diri dan keharmonisan dengan alam semesta.
Aikido dengan cepat menarik perhatian karena pendekatannya yang unik dan filosofis. Pada tahun 1931, Ueshiba membuka dojo pertama di Tokyo, yang kemudian dikenal sebagai “Kobukan Dojo.” Dojo ini menjadi pusat pengajaran aikido dan menarik murid-murid dari berbagai kalangan, termasuk militer, polisi, dan masyarakat umum. Keahlian Ueshiba dalam aikido serta ajarannya tentang perdamaian dan harmoni membuatnya dihormati tidak hanya sebagai seorang guru seni bela diri, tetapi juga sebagai seorang filsuf.
Selama Perang Dunia II, Ueshiba menarik diri dari kehidupan publik dan menghabiskan waktu di sebuah desa kecil di Iwama. Di sana, ia terus mengembangkan aikido dan mengajar murid-murid terdekatnya. Pasca perang, Ueshiba kembali ke Tokyo dan mulai menyebarkan aikido secara lebih luas, baik di dalam maupun di luar Jepang. Aikido pun mulai dikenal dan dipraktikkan di berbagai negara, menjadikannya seni bela diri yang mendunia.
Filosofi Aikido dan Pengaruhnya
Morihei Ueshiba mengajarkan bahwa aikido bukanlah sekadar cara untuk mengalahkan lawan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai kedamaian dalam diri sendiri dan di dunia. Prinsip utama dalam aikido adalah mengalir bersama energi serangan lawan, bukan melawan atau menolaknya. Dengan cara ini, seorang praktisi aikido bisa mengendalikan situasi tanpa menimbulkan cedera serius pada lawan.
Filosofi ini sangat berbeda dari seni bela diri lainnya yang cenderung fokus pada kekuatan dan kemenangan. Aikido mengajarkan bahwa kekuatan sejati datang dari pengendalian diri, belas kasih, dan pemahaman akan energi kehidupan. Inilah yang membuat aikido tidak hanya menjadi latihan fisik, tetapi juga latihan mental dan spiritual yang mendalam.
Warisan filosofis Ueshiba juga mencakup pandangan tentang kehidupan yang seimbang antara tubuh dan jiwa, serta hubungan yang harmonis dengan alam semesta. Ajaran ini terus menginspirasi para praktisi aikido di seluruh dunia, yang tidak hanya mempraktikkan aikido sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai cara hidup.
Akhir Kehidupan dan Warisan Abadi
Morihei Ueshiba menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya dengan terus mengajar dan mengembangkan aikido. Meskipun kesehatannya mulai menurun, semangatnya untuk menyebarkan aikido tidak pernah pudar. Pada 26 April 1969, Ueshiba meninggal dunia pada usia 85 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi komunitas aikido, tetapi warisannya tetap hidup melalui ribuan dojo dan jutaan praktisi aikido di seluruh dunia.
Hari ini, Morihei Ueshiba dihormati sebagai “O-Sensei,” atau “Guru Besar,” sebuah gelar yang menegaskan pengaruhnya yang mendalam dalam dunia seni bela diri. Aikido yang ia ciptakan terus berkembang dan menjadi salah satu seni bela diri yang paling dihormati, tidak hanya karena keefektifannya dalam pertahanan diri, tetapi juga karena filosofi yang mendalam tentang perdamaian dan harmoni.
Morihei Ueshiba, pendiri aikido, adalah lebih dari sekadar seorang seniman bela diri. Ia adalah seorang visioner yang melihat seni bela diri sebagai jalan menuju kedamaian dan keharmonisan. Melalui aikido, Ueshiba mengajarkan dunia bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada kekerasan, tetapi pada kemampuan untuk mengendalikan diri dan merangkul energi kehidupan dengan penuh kasih sayang. Warisan Ueshiba terus hidup dalam hati para praktisi aikido di seluruh dunia, menjadikannya sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah seni bela diri.
(EA/timKB).
Sumber foto: youtube
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Jadwal Lomba Balap WorldSBK Cremona 2025
Jadwal Lomba Balap Formula 1 Miami 2025
Birgit Prinz: Sang Legenda Sepak Bola Wanita Jerman