Jakarta – Di Thailand, Muay Thai bukan sekadar bentuk bela diri atau olahraga tempur. Ia adalah napas kehidupan, budaya, dan kehormatan. Di tengah semangat itu, muncul sosok muda bernama Sanpet Sor Salacheep, seorang petarung berbakat berusia 24 tahun, yang kini berdiri tegak di panggung bergengsi dunia — ONE Championship.
Dengan semangat baja, ketekunan, dan warisan teknik dari tanah kelahirannya, Sanpet membawa cerita tentang mimpi yang dirajut dari ring kecil di pedesaan hingga menjadi sorotan di panggung global. Ia bertarung di divisi Catchweight Muay Thai, namun lebih dari itu, ia bertarung membawa nama negaranya, silsilah bela diri, dan harga diri seorang petarung sejati.
Awal Kehidupan di Tanah Nakhon
Sanpet lahir dan besar di wilayah pedalaman Thailand, tempat anak-anak tidak asing dengan suara gong dari ring Muay Thai lokal yang sering berdiri di halaman kuil atau pasar malam. Sejak kecil, ia menyaksikan senior-seniornya bertarung untuk menghidupi keluarga, dan dari sanalah benih impian mulai tumbuh di dalam dirinya.
Ketika anak-anak lain bermain sepak bola atau menangkap serangga, Sanpet sudah mulai menendang samsak dan berlatih gerakan dasar Muay Thai. Setiap tetes keringat di kamp pelatihan kecil di desanya bukan hanya latihan fisik, tapi juga bagian dari perjuangan mengangkat derajat keluarga dan menghormati leluhur.
Jalan Panjang Menuju Nama “Sor Salacheep”
Tak semua orang tahu bahwa nama seorang petarung Muay Thai bukan hanya nama panggung — melainkan identitas. “Sor Salacheep” adalah nama gym tempat Sanpet dilatih dan dibentuk. Gym ini menjadi rumah keduanya, tempat di mana rasa sakit, kemenangan, dan pelajaran hidup berpadu menjadi satu.
Selama bertahun-tahun, Sanpet bertarung di stadion-stadion kecil. Kadang tanpa penonton yang mengenalnya, tanpa kamera yang merekam, tapi selalu dengan tekad yang sama: bertarung sebaik mungkin, menang terhormat, dan pulang membawa cerita.
Bertarung di Jalanan, Menuju Ring Dunia
Setelah ratusan pertarungan lokal, pelatihnya tahu bahwa Sanpet memiliki sesuatu yang berbeda: ketekunan dan disiplin luar biasa. Ia bukan sekadar petarung berbakat, tapi juga haus akan pembuktian.
Tiket menuju dunia internasional datang lewat kesempatan langka: ONE Championship membuka ruang untuk lebih banyak petarung Muay Thai muda berbakat dari Thailand, dan Sanpet menjadi salah satunya. Ketika akhirnya namanya diumumkan sebagai bagian dari roster resmi, itu bukan hanya pencapaian pribadi, tapi juga kemenangan bagi semua yang pernah percaya pada dirinya.
Di Dalam Ring — Ketika Seni dan Keberanian Menyatu
Sanpet bukan tipe petarung flamboyan. Ia tidak banyak bicara di luar ring, tapi begitu bel dibunyikan, ia berubah menjadi seniman bertarung yang memadukan kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan.
Ciri khas bertarungnya:
-
- Clinch jarak dekat yang agresif dan menguras energi lawan
- Tendangan bawah dan siku memutar yang sangat presisi
- Gerakan kepala dan kaki yang efisien, membuatnya sulit dibaca
- Daya tahan tinggi bahkan dalam pertarungan lima ronde penuh
Sanpet tak pernah mencari sorotan, tapi sorotan itu datang karena performanya yang memukau. Ia dikenal sebagai petarung yang berani menyerang, tak gentar diserang, dan selalu tampil maksimal dalam setiap laga.
Pencapaian yang Menjadi Pondasi Masa Depan
Meski baru meniti karier internasional, Sanpet telah menunjukkan kematangan dalam bertarung yang melampaui usianya. Ia telah:
-
- Menang di ajang-ajang lokal bergengsi seperti Rajadamnern dan Lumpinee Stadium
- Menjadi bagian dari barisan elit ONE Championship di kelas Catchweight
- Mewakili generasi baru petarung Muay Thai yang adaptif dengan gaya internasional
- Mendapat pengakuan sebagai rising star yang siap menantang peringkat atas
Para analis dan penggemar Muay Thai menaruh harapan besar pada Sanpet, menyebutnya sebagai salah satu kontender potensial yang dalam waktu dekat bisa menyentuh tangga perebutan sabuk juara.
Mentalitas Petarung — Diam di Luar, Membara di Dalam
Ketika diwawancarai, Sanpet sering menjawab dengan sederhana. Tidak banyak janji atau kata-kata besar. Namun, dari balik matanya yang tenang, terlihat keyakinan kuat. Ia tahu bahwa menjadi petarung bukan hanya soal menang, tapi soal menghormati seni, lawan, dan dirinya sendiri.
Bagi Sanpet, pertarungan bukan sekadar laga, melainkan ritual kehormatan. Dan itulah yang membuatnya berbeda. Ia bertarung dengan rasa, bukan hanya tenaga.
(PR/timKB).
Sumber foto: onefc.com
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Jadwal Lomba Balap Formula 1 Miami 2025
Lucas “Sinister” Gabriel: Petarung ONE Championship
Sean “The One” Climaco: Bintang Muay Thai Dunia