Jakarta – Dalam dunia seni bela diri campuran, banyak petarung dikenal karena kekuatan atau tekniknya. Namun hanya sedikit yang dikenal karena perjalanan hidupnya yang luar biasa. Salah satunya adalah Brent Primus, seorang petarung asal Eugene, Oregon, yang berhasil mengubah masa lalu yang sulit menjadi kisah inspiratif yang kini menggaung di ring Bellator dan PFL (Professional Fighters League).
Bukan hanya sebagai petarung, Brent dikenal sebagai simbol transformasi dan ketekunan. Ia membuktikan bahwa bahkan dari jalanan yang keras, seseorang bisa bangkit menjadi Juara Dunia Lightweight Bellator, dan sekarang menjadi ancaman serius di kancah PFL.
Dari Gelapnya Masa Lalu ke Cahaya Matras
Lahir pada 12 April 1985, Brent Primus tumbuh dalam kondisi yang jauh dari ideal. Ia hidup dalam lingkungan yang keras, dikelilingi oleh kemiskinan, konflik keluarga, dan pergaulan yang tak jarang menjerumuskannya ke jalur gelap. Di masa remajanya, ia sempat mengalami kehidupan liar di jalanan, terlibat dalam perkelahian dan situasi berbahaya yang nyaris menghancurkan masa depannya.
Namun titik balik datang ketika ia menemukan Brazilian Jiu-Jitsu (BJJ). Di matras itulah ia untuk pertama kalinya menemukan rasa kedamaian, fokus, dan arah. Di setiap sesi latihan, ia menyalurkan emosi dan rasa frustasinya menjadi gerakan teknis. Di atas matras, Brent tidak lagi merasa hilang — ia merasa utuh.
Latihan demi latihan, kompetisi demi kompetisi, Brent terus berkembang. Ia mendapatkan sabuk hitam BJJ dan mulai dikenal sebagai grappler yang tidak hanya kuat secara teknik, tetapi juga tangguh secara mental.
Debut MMA dan Kemenangan demi Kemenangan
Brent memulai debut profesionalnya di dunia MMA pada tahun 2010. Dengan latar belakang grappling yang solid, ia meraih enam kemenangan berturut-turut, sebagian besar melalui submission yang bersih dan cepat. Lawan-lawannya sering kali tak mampu bertahan di ground melawan dominasinya.
Gaya bertarungnya menggabungkan kekuatan fisik, ketenangan, dan akurasi teknik. Ini membuatnya cepat menarik perhatian Bellator MMA, promotor besar di Amerika yang selalu mencari talenta dengan kisah hidup dan kemampuan yang menginspirasi.
Brent pun menandatangani kontrak dengan Bellator dan mulai naik ke panggung yang lebih besar. Ia bukan lagi sekadar petarung lokal — ia menjadi nama yang mulai diperhitungkan dalam divisi Lightweight.
Momen Emas — Menggulingkan Sang Juara
Tahun 2017 menjadi babak paling bersejarah dalam karier Brent Primus. Ia mendapat kesempatan langka untuk menantang Michael Chandler, sang juara bertahan Lightweight Bellator, dalam ajang Bellator 180 di New York City.
Chandler dikenal sebagai monster divisi, kuat, cepat, dan memiliki reputasi sebagai petarung yang sulit ditaklukkan. Banyak pengamat meremehkan Brent dan menganggap laga ini hanya formalitas.
Namun di ronde pertama, dalam duel penuh ketegangan, Chandler mengalami cedera parah pada kakinya setelah terkena tendangan. Brent dengan cerdas memanfaatkan situasi, terus menekan hingga wasit menghentikan pertandingan. Brent Primus dinyatakan sebagai Juara Dunia Bellator Lightweight.
Meski kemenangan itu menuai perdebatan karena faktor cedera, tidak bisa dipungkiri bahwa Brent tampil luar biasa dan menunjukkan bahwa ia layak berada di level tertinggi.
Kembali Berjuang — Menjaga Nama, Mencari Sabuk
Usai menjadi juara, Brent sempat vakum karena cedera dan persiapan pertarungan ulang. Tahun 2018, ia kembali menghadapi Chandler dalam laga yang sangat dinanti. Kali ini, Chandler berhasil merebut kembali sabuknya melalui kemenangan angka mutlak.
Namun Brent tidak tenggelam dalam kekalahan. Ia kembali ke gym, mengasah kemampuan striking-nya, dan menantang petarung-petarung top lain. Ia meraih kemenangan atas Chris Gonzalez melalui submission rear-naked choke dan juga menghadapi legenda seperti Benson Henderson.
Di luar statistik, Brent dikenal sebagai petarung yang tak pernah menyerah. Ia selalu tampil berani, penuh determinasi, dan terus berusaha memperbaiki dirinya — kualitas yang jarang ditemukan di dunia MMA yang penuh ego.
Petualangan Baru di PFL
Setelah bertahun-tahun membela Bellator, Brent bergabung dengan Professional Fighters League (PFL) — organisasi MMA yang semakin berkembang dengan format turnamen musim reguler dan hadiah besar bagi juara divisi.
Bersaing di divisi Lightweight PFL, Brent membawa semua yang telah ia pelajari: teknik BJJ tingkat tinggi, pengalaman menghadapi lawan berkaliber dunia, serta ketahanan mental dari hidup yang telah ia lewati.
PFL bukan hanya kompetisi baru — ini adalah babak baru, kesempatan untuk membuktikan bahwa ia masih berada di antara petarung terbaik dunia.
Gaya Bertarung — Sederhana Tapi Mematikan
Brent bukan tipe petarung flamboyan. Ia jarang menyombongkan diri atau mencari perhatian di luar ring. Tapi ketika berada di dalam cage, ia adalah seniman grappling yang mematikan.
Ciri khas gaya bertarung Brent Primus:
-
- Kuncian rear-naked choke dan armbar yang presisi
- Kemampuan transisi ground-to-ground yang bersih dan efisien
- Pukulan keras namun tak terburu-buru saat striking
- Penguasaan posisi yang membuat lawan frustrasi
Ia tidak mencari sorotan — ia mencari kemenangan. Dan itulah yang membuatnya sangat berbahaya.
Di Balik Petarung — Seorang Ayah, Guru, dan Teladan
Di luar ring, Brent adalah sosok yang hangat dan rendah hati. Ia adalah ayah yang bangga, serta pelatih dan mentor di akademi BJJ. Banyak muridnya adalah anak-anak yang mengalami latar belakang serupa seperti dirinya dulu — dan Brent menginspirasi mereka bukan hanya lewat sabuk juara, tapi lewat kisah hidupnya.
Ia sering berkata,
“Saya bertarung bukan hanya untuk menang, tapi untuk membuktikan bahwa siapa pun bisa berubah dan bangkit.”
(PR/timKB).
Sumber foto: bjpenn.xom
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Deniz Oncu Catat Waktu Tercepat Di FP1 Moto2
Kondisi Terkini Para Pemain Timnas Indonesia Abroad
Bermain Full Team, Miami Tumbang Di Tangan Vancouver