Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Shota Tezuka: Samurai Muda Jepang Di Ring Muay Thai Dunia


Jakarta – Setiap bangsa punya pahlawannya sendiri. Jepang, negeri matahari terbit, selama berabad-abad dikenal sebagai tanah para samurai — pejuang yang menjunjung tinggi kehormatan, keberanian, dan disiplin. Dan kini, di dunia olahraga bela diri modern, roh itu tidak mati. Ia hidup dalam sosok-sosok muda seperti Shota Tezuka, seorang petarung tangguh yang lahir dari Saitama dan kini bertarung di panggung dunia — ONE Championship.

Di usianya yang baru 22 tahun, Shota telah menjadi harapan baru Jepang dalam dunia Muay Thai, seni bela diri keras yang berasal dari Thailand. Ia bertarung di kelas 137 pounds, divisi penuh tekanan, dan membawa serta bendera Jepang — bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi juga sebagai cerminan dari semangat gigihnya.

Lahir di Saitama, Dibesarkan dalam Disiplin

Shota Tezuka lahir pada 14 Desember 2001 di Prefektur Saitama, sebuah kota satelit yang hanya berjarak satu jam dari jantung Tokyo. Dikenal sebagai kota dengan kehidupan tenang dan komunitas kuat, Saitama bukan tempat yang asing bagi atlet-atlet muda Jepang untuk memulai kisahnya.

Sejak kecil, Shota dikenal sebagai anak yang aktif dan disiplin. Ia tertarik pada dunia bela diri bukan dari televisi atau game, tetapi dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai ketekunan dan ketangguhan telah tertanam dalam dirinya sejak kecil.

Namun Shota tidak memilih judo atau karate yang lebih umum di Jepang. Ia jatuh cinta pada kickboxing dan shootboxing, disiplin yang penuh dengan ritme cepat, teknik serangan yang kompleks, serta kekuatan fisik yang luar biasa. Baginya, kickboxing dan shootboxing adalah harmoni antara seni dan kekuatan — dan itulah jalan yang ia pilih.

Perjalanan Awal — Dari Sasana Kecil ke Ring Nasional

Perjalanan Shota dimulai dari sebuah sasana kecil di pinggiran kota Saitama. Di sanalah ia pertama kali belajar menendang samsak, mengontrol ritme dalam pertarungan, dan mengenal rasa sakit dalam latihan — luka, lebam, tapi juga kemajuan.

Di usia belasan tahun, ia sudah mulai mengikuti kejuaraan kickboxing dan shootboxing junior di Jepang. Di tengah dominasi gaya bela diri tradisional ala Jepang, Shota tampil beda. Ia membawa teknik modern dengan kombinasi pukulan tajam, tendangan eksplosif, serta strategi taktis yang memukau.

Ia kalah, bangkit, dan menang. Laga demi laga ia lewati, dan perlahan namanya mulai disebut-sebut sebagai prospek muda yang menjanjikan. Di balik wajahnya yang tenang, tersimpan naluri petarung — dan itu mulai terlihat di setiap penampilannya.

Melangkah ke Dunia Profesional dan Mata Global

Titik balik karier Shota Tezuka datang saat ia mendapat undangan untuk berlaga di ONE Championship. Ini bukan sekadar promosi besar — ini adalah panggung tempat petarung terbaik dunia bertemu, tempat para juara lahir dan sejarah tercatat.

Saat bergabung dengan ONE Championship, Shota memutuskan untuk beralih ke seni bela diri Muay Thai, sebuah disiplin yang menggabungkan kekuatan dan seni dalam serangan delapan anggota tubuh. ONE memperkenalkan kategori Muay Thai dengan sarung tangan MMA, yang lebih kecil dan lebih menantang, memberikan nuansa pertarungan yang lebih cepat dan intens. Tantangan baru ini disambut Shota dengan semangat tinggi dan keyakinan khas petarung muda Jepang.

Momen Baru di Dunia Muay Thai

Pertandingan One Friday Fights 105 akan menjadi debut Shota Tezuka dalam seni bela diri Muay Thai di panggung besar ONE Championship. Langkah ini menandai babak baru dalam kariernya, karena ia akan merasakan atmosfer berbeda dengan aturan dan tantangan baru. Peralihan ke Muay Thai menunjukkan ambisinya untuk mengasah keterampilan di disiplin yang menuntut kecepatan, presisi, dan strategi tingkat tinggi. Bagi Shota, ini adalah kesempatan untuk membuktikan dirinya sebagai petarung serba bisa di mata dunia.

Gaya Bertarung — Antara Ketenangan dan Ledakan

Yang membedakan Shota dari banyak petarung muda lainnya adalah keseimbangan antara agresi dan ketenangan. Ia tahu kapan harus menyerang, dan kapan harus mengulur waktu. Gaya bertarungnya adalah perpaduan indah antara seni tradisional dan efektivitas modern.

Elemen Gaya Bertarung Shota Tezuka:

    •  Tendangan rendah (low kick) yang konsisten mengikis mobilitas lawan
    • Siku tajam di jarak dekat, sering menjadi senjata penentu ronde
    • Clinch yang melelahkan lawan, disertai serangan lutut yang beruntun
    • Pukulan straight ke arah wajah dan dada, untuk membuka celah berikutnya

Namun yang paling mengesankan adalah ketenangan wajahnya di tengah tekanan. Seolah-olah ia sedang menari, bukan bertarung. Tapi satu tendangan saja dari Shota bisa mengubah jalannya pertarungan dalam sekejap.

Menginspirasi Generasi Baru di Jepang

Di tengah kebangkitan bela diri Jepang di kancah dunia, Shota menjadi bagian dari gelombang baru atlet yang membawa identitas Jepang ke panggung global. Ia tidak hanya bertarung untuk menang, tetapi juga untuk mewakili generasi baru yang berani keluar dari zona nyaman.

Di Jepang, ia mulai dikenal di kalangan muda. Sasana-sasana mulai menampilkan posternya. Anak-anak mulai mengenakan handwrap seperti Shota, dan banyak yang mengidolakan keberaniannya mengambil jalan yang tidak biasa.

Shota Tezuka mungkin belum menjadi juara dunia. Tapi dalam setiap langkah kakinya, dalam setiap sabetan sikunya, dan dalam setiap napas yang ia ambil di atas ring, ia tengah menyusun kisah besar.

(PR/timKB).

Sumber foto: tapology.com

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda