Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Rocky Marciano Gantung Sarung Tinju


Jakarta – Tanggal 27 April 1956 menjadi catatan penting dalam sejarah tinju dunia. Di hari itu, Rocco Francis Marchegiano, yang lebih dikenal dengan nama ring Rocky Marciano, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia tinju profesional. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, namun di saat yang sama, semakin mengukuhkan statusnya sebagai legenda yang unik: satu-satunya juara dunia kelas berat yang pensiun dengan rekor tak terkalahkan.

Lahir pada 1 September 1923 di Brockton, Massachusetts, Amerika Serikat, Rocky Marciano tumbuh dalam keluarga imigran Italia yang sederhana. Semangat juang dan ketangguhan telah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Sebelum menekuni tinju, Marciano sempat mencoba peruntungan di dunia bisbol, namun takdir membawanya ke atas ring.

Karier tinju profesional Marciano dimulai pada tahun 1947. Dengan gaya bertarung yang agresif, pukulan keras bak palu godam, dan daya tahan yang luar biasa, ia dengan cepat menaklukkan lawan-lawannya. Meskipun tidak memiliki postur tubuh ideal untuk seorang petinju kelas berat (tinggi 179 cm dan jangkauan 173 cm), Marciano mampu memaksimalkan kekuatannya dan terus merangsek maju dalam setiap pertarungan. Julukannya, “The Brockton Blockbuster,” menggambarkan gaya bertarungnya yang eksplosif dan menghancurkan.

Nama Marciano mulai meroket ketika ia mengalahkan mantan juara dunia, Joe Louis, pada tahun 1951. Kemenangan TKO di ronde kedelapan itu menandai akhir karier sang “Brown Bomber” dan sekaligus melambungkan reputasi Marciano sebagai penantang serius gelar juara dunia.

Puncak karier Marciano tiba pada 23 September 1952 di Philadelphia. Ia menantang juara dunia kelas berat Jersey Joe Walcott. Setelah tertinggal dalam angka dan bahkan sempat terjatuh di ronde pertama, Marciano menunjukkan mental baja dan pukulan mautnya. Di ronde ke-13, sebuah pukulan kanan keras yang dijuluki “Suzie Q” menghantam telak rahang Walcott, membuatnya terkapar tak sadarkan diri. Rocky Marciano dinobatkan sebagai juara dunia kelas berat yang baru.

Setelah merebut gelar, Marciano berhasil mempertahankan sabuknya sebanyak enam kali melawan petinju-petinju tangguh seperti Jersey Joe Walcott (dalam pertarungan ulang yang berakhir KO di ronde pertama), Roland La Starza, dua kali menghadapi mantan juara dunia Ezzard Charles dalam pertarungan sengit, Don Cockell, dan terakhir melawan juara dunia kelas berat ringan Archie Moore pada September 1955. Pertarungan melawan Moore menjadi laga terakhir dalam karier gemilang Marciano.

Pada tanggal 27 April 1956, di usia 32 tahun, Rocky Marciano mengumumkan keputusannya untuk pensiun. Alasan yang ia kemukakan adalah keinginannya untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya. Keputusan ini mengejutkan banyak penggemar tinju, mengingat ia masih berada di puncak kejayaannya dan belum terkalahkan dalam 49 pertarungan profesional, dengan 43 kemenangan KO.

Rekor 49-0 (43 KO) yang ditinggalkan Marciano menjadi warisan abadi dalam dunia tinju. Ia menjadi satu-satunya juara dunia kelas berat yang mampu mengakhiri kariernya tanpa satu pun kekalahan atau hasil imbang. Kekuatan pukulannya yang dahsyat, semangat pantang menyerah, dan dedikasinya pada keluarga menjadikannya sosok yang dihormati dan dikagumi, baik di dalam maupun di luar ring.

Meskipun telah pensiun, nama Rocky Marciano terus dikenang sebagai salah satu petinju kelas berat terhebat sepanjang masa. Kisahnya menginspirasi banyak orang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah olahraga tinju. Keputusannya untuk pensiun di puncak kejayaan semakin menambah keunikan dan keabadian legenda “The Brockton Blockbuster.”

(EA/timKB).

Sumber foto: google

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda