Jakarta – Di tengah panasnya dunia Bare Knuckle Fighting Championship (BKFC)—tempat di mana darah, rasa sakit, dan keberanian menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap ronde—muncul satu nama yang membawa warna berbeda: Jeremiah Truhlar, sosok petarung yang dijuluki “The Gentleman.” Julukan itu bukan sekadar gimmick, tetapi benar-benar mencerminkan gaya, sikap, dan etos bertarungnya yang membedakannya dari petarung lain.
Lahir pada 14 November 1992 di Illinois, Amerika Serikat, Truhlar adalah petarung yang tampil tidak hanya dengan kekuatan dan teknik, tetapi juga dengan keanggunan, strategi, dan respek tinggi terhadap lawan. Dalam dunia olahraga yang sering diwarnai dengan provokasi dan emosi meluap, kehadiran Jeremiah bagaikan angin segar—mengingatkan kita bahwa seni bela diri sesungguhnya adalah tentang kontrol, disiplin, dan kehormatan.
Masa Kecil dan Awal Ketertarikan pada Seni Bela Diri
Jeremiah tumbuh di Illinois dalam lingkungan yang sederhana. Ia dikenal sebagai anak yang pendiam namun aktif secara fisik. Di usia muda, ia sering mengalami konflik kecil di sekolah—bukan karena sifat agresif, melainkan karena rasa ingin tahunya yang tinggi terhadap struktur, kekuatan, dan cara tubuh manusia bisa dikembangkan secara optimal.
Diapun mulai tertarik dengan tinju dan mempelajarinya, dari sanalah cinta pertamanya terhadap seni bela diri tumbuh. Tak lama kemudian, ia mulai menelusuri Muay Thai, sebuah seni bela diri asal Thailand yang mengandalkan kombinasi pukulan, tendangan, lutut, dan siku. Gaya Muay Thai yang disiplin dan penuh kontrol menarik minatnya karena cocok dengan sifatnya yang teratur dan tak suka membuang energi sia-sia.
Teknik, Bukan Emosi
Jeremiah memulai karier bertarungnya melalui turnamen-turnamen tinju dan Muay Thai amatir. Ia bukan petarung yang mendominasi dengan kekuatan belaka, tapi lebih dikenal karena ketenangan dan teknik bertarungnya yang bersih dan efisien. Dalam setiap laga, ia menunjukkan bahwa strategi dan presisi bisa mengalahkan agresivitas yang meledak-ledak.
Karena kepribadiannya yang tenang dan penuh etika, ia mulai dijuluki oleh pelatih dan lawan-lawannya sebagai “The Gentleman.” Julukan ini melekat erat, bahkan ketika ia memutuskan untuk bertransisi ke dunia profesional.
Ujian Nyali dan Integritas
Meninggalkan kenyamanan sarung tangan dan masuk ke dunia bare-knuckle tentu bukan keputusan yang mudah. Namun bagi Jeremiah, ini adalah tantangan baru yang harus ditaklukkan. Ia melihat BKFC sebagai ajang untuk menggabungkan teknik bela diri tinggi dengan keberanian mentah yang dibutuhkan di setiap pertarungan tanpa pelindung.
Debutnya di BKFC membuktikan bahwa pengalaman dalam tinju dan Muay Thai menjadi fondasi yang solid untuk bertarung dalam kondisi ekstrem. Ia tampil tenang, menghindari serangan liar, dan menunggu momen tepat untuk menyerang balik. Kombinasi ini membuatnya cepat dikenal sebagai salah satu petarung teknikal terbaik di kelas welterweight.
Ciri Khas “The Gentleman”: Elegan tapi Mematikan
Di luar ring, Jeremiah adalah pribadi yang rendah hati, bahkan sopan terhadap penggemar maupun lawan. Namun begitu masuk ke dalam ring, ia berubah menjadi petarung yang tajam, disiplin, dan menghukum setiap kesalahan lawan.
Ciri khas gaya bertarungnya mencakup:
-
- Footwork lincah hasil latihan tinju yang intens sejak muda.
- Timing serangan yang akurat, baik dengan jab maupun hook ke arah tubuh.
- Pemanfaatan jarak secara cerdas, memadukan kontrol ruang seperti dalam Muay Thai.
- Etika bertarung yang tinggi, tanpa provokasi atau gaya berlebihan.
Dalam wawancara, ia pernah berkata,
“Saya bertarung bukan untuk menyakiti, tapi untuk menunjukkan bahwa seni bela diri adalah ekspresi dari kontrol diri, bukan amarah.”
Prestasi dan Reputasi yang Terus Berkembang
Meskipun Jeremiah belum menyabet gelar juara di BKFC, reputasinya sebagai petarung teknis dan berkelas terus berkembang. Beberapa sorotan dalam kariernya sejauh ini:
-
- Penampilan debut yang memukau, memperlihatkan kontrol emosi dan teknik superior.
- Pertarungan ketat melawan lawan yang lebih berpengalaman, namun tetap tampil kompetitif dan bertahan hingga akhir ronde.
- Popularitas yang tumbuh di kalangan penonton yang menghargai seni dan teknik dalam bertarung.
Masa Depan Cerah “The Gentleman”
Di usia 30-an yang merupakan puncak bagi banyak petarung, Jeremiah masih memiliki ruang besar untuk berkembang. Ia terus berlatih, mempertajam teknik, dan belajar dari setiap pertarungan yang dijalani. Dengan latar belakang kuat, disiplin tinggi, dan dedikasi tak tergoyahkan, Truhlar bisa menjadi kuda hitam dalam perebutan gelar di kelas welterweight BKFC dalam waktu dekat.
Simbol Kesopanan dalam Dunia yang Kasar
Jeremiah Truhlar membuktikan bahwa bahkan dalam olahraga sekeras bare-knuckle boxing, keanggunan, kejujuran, dan rasa hormat masih memiliki tempat. Ia adalah petarung yang tidak hanya bertarung untuk kemenangan, tetapi untuk membawa nilai—sebuah warisan yang lebih berharga dari sekadar rekor menang-kalah.
Dan selama “The Gentleman” masih berdiri di atas ring, BKFC akan terus memiliki contoh bahwa kekuatan terbesar seorang petarung bukan hanya di tangannya, tetapi dalam cara ia bertindak—dengan kepala dingin dan hati besar.
(PR/timKB).
Sumber foto: google
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Shai Gilgeous-Alexander Bawa Thunder Kalahkan Woves
Hasil Drawing Singapore Open 2025
Ronaldo Masuk Skuad Portugal Di Semifinal UEFA Nations League