Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Salai Htan Khee Shein: Petarung Muay Thai Myanmar


Jakarta – Di antara deru gendang dan sorakan penonton di sebuah lapangan terbuka di Myanmar, seorang remaja berwajah muda berdiri di tengah ring, menatap lawannya tanpa gentar. Keringat menetes dari pelipisnya, namun matanya penuh keyakinan. Remaja itu adalah Salai Htan Khee Shein, petarung muda yang kini digadang sebagai salah satu harapan baru Myanmar di dunia Muay Thai dan Lethwei internasional.

Usianya baru 20 tahun, namun kisah perjalanannya sudah penuh warna: dari ring tanah tradisional di Myanmar, hingga bersiap tampil di ONE Championship, organisasi bela diri terbesar di Asia.

Pada 24 Oktober 2025, ia dijadwalkan melakoni debut internasional di ONE Friday Fights 130, dan dunia bersiap menyaksikan kebangkitan petarung muda yang membawa semangat bangsa dan tradisi leluhur ke atas panggung global.

Tumbuh di Tanah Lethwei

Salai Htan Khee Shein lahir dan tumbuh di Myanmar — negeri yang dikenal sebagai rumah dari Lethwei, salah satu bentuk bela diri paling kuno dan brutal di dunia.

Lethwei, yang sering dijuluki “The Art of Nine Limbs,” bahkan lebih ekstrem daripada Muay Thai karena memperbolehkan headbutt dan pertarungan tanpa sarung tangan.

Bagi sebagian besar anak Myanmar, Lethwei bukan sekadar olahraga. Ia adalah warisan budaya, simbol keberanian dan harga diri.

Salai kecil tumbuh menyaksikan ayah dan pamannya menonton laga Lethwei di pasar-pasar dan lapangan desa setiap akhir pekan. Dari sanalah kecintaannya terhadap bela diri tumbuh.

“Saya masih kecil waktu pertama kali lihat petarungan Lethwei. Mereka berdarah, tapi tidak ada yang menyerah. Sejak saat itu saya tahu — saya ingin seperti mereka,” kenangnya dalam sebuah wawancara dengan media lokal.

Tanpa fasilitas modern, Salai berlatih di halaman belakang rumah, menggunakan karung beras sebagai sandbag dan batang bambu untuk melatih kekuatan pukulan.

Di usia 12 tahun, ia mulai bertarung di turnamen kecil antar-desa. Meski tanpa pelindung, ia menunjukkan insting alami — ketenangan dalam tekanan dan ketajaman membaca gerak lawan.

Dari Lethwei ke Muay Thai Regional

Selama masa remajanya, Salai menimba pengalaman di berbagai ajang Lethwei tradisional di Myanmar.

Laga demi laga, ia dikenal karena gaya bertarung yang berani, tahan pukul, dan selalu maju tanpa takut cedera.

Namun, ketika mulai menonton pertandingan internasional melalui internet, ia tertarik dengan gaya bertarung Muay Thai Thailand yang lebih teknikal dan strategis.

Ia mulai berlatih Muay Thai modern di sebuah gym kecil di perbatasan Myawaddy–Mae Sot, wilayah yang menjadi penghubung antara Myanmar dan Thailand.

Di sanalah ia mulai memadukan dua dunia — kekerasan alami Lethwei dengan presisi dan teknik Muay Thai.

“Lethwei membuat saya kuat.Muay Thai mengajarkan saya cara mengendalikan kekuatan itu,” katanya sambil tersenyum.

Pelatihnya di Thailand melihat potensi besar dari pemuda Myanmar ini. Meski awalnya canggung dalam menyesuaikan teknik, Salai memiliki satu hal yang sulit diajarkan — semangat juang yang tak bisa dipadamkan.

Dalam waktu singkat, ia mulai tampil di ajang-ajang Muay Thai regional Asia Tenggara, menghadapi petarung dari Thailand, Laos, dan Filipina.

Di setiap pertandingan, ciri khasnya sama: gaya agresif, tekanan konstan, dan kemampuan bertahan luar biasa.

Agresif, Tekan Lawan, dan Tahan Banting

Gaya bertarung Salai Htan Khee Shein mencerminkan jati dirinya — keras, penuh semangat, dan tanpa rasa takut.

Ia mengandalkan kombinasi pukulan lurus cepat, tendangan ke arah tubuh, serta lutut keras di clinch.

Sebagai petarung muda di divisi Atomweight Muay Thai, kekuatannya ada pada tekanan konstan dan daya tahan tinggi.

    • Tekanan Agresif: Ia selalu memulai dengan serangan cepat untuk menguji reaksi lawan.
    • Daya Tahan: Hasil dari bertahun-tahun bertarung tanpa pelindung dalam Lethwei.
    • Mental Baja: Tidak mudah panik, bahkan saat berada di bawah tekanan.
    • Serangan Kombinasi: Menggabungkan pukulan kanan keras dengan lutut pendek di jarak dekat.

Banyak pengamat menyebutnya sebagai petarung paling “raw” (mentah tapi kuat) dari Myanmar yang siap dipoles menjadi bintang internasional.

“Salai adalah tipe petarung yang tidak mundur. Bahkan saat dipukul, ia justru tersenyum,” ujar salah satu pelatih Thailand yang pernah melatihnya di Mae Sot.

Jalan Menuju ONE Championship

Ketekunannya berbuah hasil ketika pada pertengahan 2025, ia diundang untuk mengikuti seleksi ONE Championship regional camp di Bangkok.

Selama beberapa minggu, ia berlatih bersama puluhan petarung dari berbagai negara.

Meski paling muda dan minim pengalaman internasional, Salai tampil mencolok berkat gaya bertarungnya yang penuh energi.

ONE Championship akhirnya memberikan kontrak profesional padanya, menjadikannya petarung termuda asal Myanmar yang dikontrak pada tahun itu.

Debutnya dijadwalkan di ONE Friday Fights 130, tanggal 24 Oktober 2025, di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok — arena yang dianggap “suci” oleh seluruh penggemar Muay Thai.

“Bertarung di Lumpinee seperti mimpi bagi saya. Saya datang dari desa kecil, tapi kini saya membawa bendera Myanmar ke panggung dunia,” ujar Salai penuh semangat saat wawancara menjelang debutnya.

Persiapan Menuju Debut Internasional

Untuk menghadapi debut besar ini, Salai menjalani kamp pelatihan intensif di Bangkok, berlatih dua kali sehari — pagi untuk cardio dan strength, sore untuk sparring serta teknik.

Ia juga mulai bekerja sama dengan pelatih asing untuk memperkuat aspek defense dan footwork, dua hal yang menjadi fokus penting dalam menghadapi petarung top dari Thailand dan Eropa.

Pelatihnya menggambarkan etos kerja Salai sebagai “fanatik tapi rendah hati”.

Ia tidak pernah puas dengan satu kemenangan, dan setiap hari berusaha menjadi sedikit lebih baik dari kemarin.

“Dia datang ke gym paling pagi dan pulang paling malam. Di usianya yang baru 20 tahun, semangatnya luar biasa,” ujar salah satu pelatih Muay Thai di kamp latihan.

Salai juga berlatih meditasi dan latihan pernapasan tradisional Myanmar untuk menjaga fokus mentalnya sebelum pertandingan.

“Bagi saya, pertarungan dimulai jauh sebelum bel dibunyikan,” katanya.

Profil dan Statistik Karier

    • Nama Lengkap: Salai Htan Khee Shein
    • Kebangsaan: Myanmar
    • Usia: 20 tahun
    • Tanggal Lahir: Tahun 2005
    • Divisi: Atomweight Muay Thai
    •  Organisasi: ONE Championship
    • Debut Internasional: ONE Friday Fights 130 (24 Oktober 2025)
    • Gaya Bertarung: Agresif, penuh tekanan, daya tahan tinggi
    • Latar Belakang: Lethwei dan Muay Thai regional
    • Ciri Khas: Serangan cepat, lutut kuat, dan keberanian luar biasa

Muay Thai dan Lethwei sebagai Jalan Hidup

Bagi Salai Htan Khee Shein, seni bela diri bukan sekadar cara mencari kemenangan — ini adalah cermin kehidupan.

Ia menganggap setiap pertarungan sebagai pelajaran untuk memahami diri sendiri.

“Dalam ring, kamu tidak bisa berbohong. Ketika takut, ketika lelah, semuanya terlihat. Jadi saya bertarung bukan hanya melawan lawan, tapi melawan kelemahan diri saya sendiri.”

Filosofi ini sangat mencerminkan nilai-nilai tradisional Myanmar — di mana disiplin, hormat, dan keberanian adalah pondasi kehidupan seorang pejuang sejati.

Harapan dan Masa Depan

ONE Championship menjadi pintu bagi Salai untuk memperkenalkan Lethwei dan semangat Myanmar kepada dunia.

Dengan usia yang masih muda, ia memiliki waktu panjang untuk berkembang dan menjadi wajah baru bela diri negaranya di panggung global.

Banyak pengamat meyakini bahwa jika terus menunjukkan konsistensi dan kematangan teknik, Salai bisa menjadi ikon Myanmar berikutnya di ONE, mengikuti jejak legenda seperti Tun Tun Min dan Too Too yang dikenal di dunia Lethwei.

“Saya tidak ingin hanya dikenal sebagai petarung. Saya ingin dikenal sebagai orang yang membuat Myanmar bangga,” ujarnya dengan mata berbinar.

Dari Desa Kecil ke Dunia

Kisah Salai Htan Khee Shein adalah kisah tentang tekad dan keberanian.

Tentang bagaimana seorang anak desa tanpa fasilitas modern bisa menembus panggung global hanya dengan kerja keras dan keyakinan diri.

Dari ring tanah di Myanmar, kini ia akan melangkah ke atas panggung Lumpinee Stadium, di bawah lampu sorot dunia, membawa semangat The Spirit of Lethwei.

Dan bagi Myanmar, ia bukan sekadar petarung — ia adalah simbol generasi baru, yang menunjukkan bahwa api keberanian bangsa itu masih menyala terang.

“Saya lahir dari Lethwei, dibesarkan oleh Muay Thai, dan kini saya akan bertarung untuk Myanmar.”— Salai Htan Khee Shein

(PR/timKB).

Sumber foto: youtube

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda