Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Pentingkah Ego Sebagai Label Diri?


Apakah ego itu? Ego adalah “aku”. Tentang bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Dan menjadi bagian dari pikiran kita yang mengidentifikasi dengan sifat, kepercayaan, dan kebiasaan. Juga dikenal sebagai konsep diri, ego adalah sekumpulan keyakinan yang muncul ketika seseorang mengajukan pertanyaan “Siapakah aku?”. 

Keyakinan ini adalah pernyataan deskriptif yang diyakini seseorang tentang diri sendiri, misalnya, pernyataan “Saya pemain gitar yang baik”, bisa menjadi salah satu contoh ego dalam konteks ini. Hal-hal yang diyakini sebagai identitas seseorang seperti jenis kelamin, kebangsaan, agama, serta tinggi, berat, warna kulit dan mata, dan karakteristik deskriptif lainnya juga dapat dianggap sebagai contoh ego.

Dari mana datangnya ego? Sebagai seorang anak, kita datang ke dunia ini dengan sifat intuitif. Kita secara naluriah memahami dunia meskipun tidak dapat berbicara bahasanya. Tingkat kesadaran kita adalah kesadaran murni.Sebagai seorang anak, kita tidak memiliki filter. Bermain, tertawa, menangis, berimajinasi, dan berkreasi.  Kita belum terikat pada identitas siapa kita sebenarnya. Kita dilahirkan tanpa syarat. Selama masa kanak-kanak, ego kita berada dalam keadaan ego-sentris, semua terjadi karena kita, untuk kita. Luka masa kecil sangat berdampak karena periode ego ini. Baru pada masa remaja, kita mengembangkan pemikiran abstrak, kemampuan untuk mengamati di luar perspektif kita sendiri. Ego berkembang untuk melindungi kita dari realitas. Dan menciptakan identitas untuk mengatasi kebingungan, keterputusan, dan kehilangan cinta yang kita alami. Memperkuat identitas untuk memastikan dengan kemampuan terbaik kita bahwa kita masih dapat menerima cinta apa pun yang tersedia.

Seiring bertambahnya usia, kita diajarkan (biasanya tidak disadari) nilai-nilai seputar hal-hal seperti kecerdasan, pencapaian, keadaan emosi yang disukai, hubungan, dan orang lain. Kebutuhan terbesar kita adalah menerima cinta sehingga kita belajar mengidentifikasi dengan nilai-nilai ini.

Ego adalah kaku, menciptakan serangkaian keyakinan, pola, dan gagasan, yang oleh kebanyakan orang diberi label “kepribadian”. Ego sangat defensif tentang identitas kita. Apa pun di luar pemikiran, keyakinan, dan perilaku diluar identitas kita akan ditolak.

Pendapat atau konsep yang saling bertentangan sering membawa kita kepada kemarahan, karena ego merasa paling tidak terkendali saat ditantang. Secara teknis demikian, karena ego menciptakan ilusi bahwa pendapat dan keyakinan kita paling benar dan menjadikan kita siapa kita.

Dalam keadaan rapuh, ego bekerja lembur untuk ‘membela kita’. Ego memberi kompensasi berlebihan dalam keadaan rapuh, seperti reaksi emosional yang kuat, pemikiran kaku, penolakan terhadap ide apapun, persaingan ekstrim, membanding-bandingkan dengan orang lain, menghakimi orang lain dengan mengejek, menghina dan mengancam, serta kelumpuhan analisis.

Pekerjaan ego adalah tentang kembali ke sifat sejati kita. Sejauh ini, hidup kita telah berfungsi dalam pola yang tidak kita pilih secara sadar. Semuanya dipilih untuk kita. Ego bekerja untuk memberi kesempatan kepada kita agar kita dapat memilih.

Kita tidak bisa serta merta membunuh ego, atau menyangkal keberadaannya. Ego telah menjadi bagian dari jiwa kitasejak kita masih kecil, dan ego telah membantu kita mengatasi banyak hal. 

Kata ego berasal dari kata Latin yang berarti “aku”. Sigmund Freud mengembangkan teori psikoanalisis. Freud percaya bahwa pikiran terdiri dari tiga bagian yang berbeda tetapi saling terkait:

Superego

Mencerminkan kumpulan asumsi moral dan budaya yang kita internalisasikan sebagai anak-anak, seperti gagasan tentang benar dan salah atau peran gender. Juga mewakili hati nurani seseorang.

Ego

Bagian dari pikiran yang bertanggung jawab untuk memastikan keinginan dan impuls seseorang sesuai dengan realitas eksternal (disebut oleh Freud sebagai “prinsip realitas”). Ego dan superego bertindak bersama untuk membentuk pikiran sadar.

Id

Mewakili pikiran bawah sadar. Dari sinilah semua dorongan primitif seseorang berasal, seperti hasrat akan seks dan makanan.

Freud percaya tujuan lain dari ego adalah untuk memfokuskan keinginan dan perasaan id (pikiran bawah sadar) yang tidak dapat diterima dan ditekan ke dalam berbagai mekanisme perlindungan, antara lain perpindahan, fantasi, dan proyeksi.

Foto : Medium

Psikologi ego dapat mengidentifikasi ego yang tidak sehat dan sehat. Jika kita memiliki ego yang tidak sehat, kita memiliki pandangan yang tidak realistis tentang diri sendiri. Mungkin melihat diri lebih baik atau lebih buruk dari yang sebenarnya.

Jika kita memiliki ego yang sehat, biasanya akan memikirkan diri sendiri dengan baik tanpa melebih-lebihkan pencapaian atau kemampuan diri sendiri. Merasa cukup kuat secara mental untuk menghadapi tantangan hidup. Melihat diri sendiri pada dasarnya baik, dapat diterima, dan setidaknya sama pentingnya dengan orang lain. Tetap dapat melihat perspektif orang lain tetapi bisa menghargai perspektif diri sendiri.

Adalah sangat mungkin untuk bangkit dari identifikasi kepribadian kita, yaitu ego kita. Berhenti membatasi diri dan mengidentifikasi diri dengan individualitas, pola pikir, atau sudut pandang tertentu. Kita dapat naik melampaui ego. Kesadaran melampaui tubuh, kepribadian, dan dunia (higher consciousness).

Kita bisa terus bertindak dan berfungsi seperti biasa, bekerja, makan, dan menjalankan kehidupan sehari-hari, tetapi kesadaran kita seolah-olah berada di alam yang lebih tinggi. Berperilaku tenang, dengan akal sehat, lebih efisien, dan dengan pikiran yang bebas dan tidak terbatas.

Apa yang dapat kita peroleh ketika kita berhenti mengidentifikasi diri dengan ego? Dengan mengatasi ego, kita mengatasi masalah dan kesulitan. Masalah akan tetap ada, dan tetap harus berurusan dengannya dan menyelesaikannya, akan tetapi tingkat kesadaran akan berada di level yang berbeda.

Bangkit melampaui ego berarti kita berhenti membiarkannya mendikte hidup kita. Dan pastinya akan membawa kebahagiaan, ketenangan, dan rasa kekuatan ke dalam hidup. Membebaskan kita dari pemikiran terbatas dan dari belenggu pikiran. Tidak akan terombang-ambing dalam keinginan kecil, kesalahpahaman, dan konflik, dan akan mampu menangani lebih baik apa pun yang kita temui. Juga akan membantu kita menyadari siapa diri kita sebenarnya, esensi diri. Kita akan mengerti bahwa ego itu seperti topeng yang dikenakan pemain di atas panggung, dan itu bukanlah diri kita yang sebenarnya.

Setiap hari, luangkan waktu beberapa menit untuk menyendiri. Duduklah dengan nyaman, tarik napas perlahan, dan rilekskan tubuh. Untuk sesaat, biarkan pikiran mengalir dan perasaan apa pun yang muncul, lalu berhenti dan tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah pikiran dan perasaan ini adalah bagian dari diriku?
  • Apakah pikiran dan perasaan ini milikku?
  • Apakah aku membutuhkannya?
  • Apakah mereka berguna dalam hidupku?
  • Mengapa mereka datang?
  • Mereka berasal dari mana?
  • Mengapa aku memikirkan atau merasakannya?

Jangan mencoba mencari solusi atau alasan mental. Ajukan saja pertanyaannya, amati dan sadari. Tunggu jawaban datang dari dalam diri kita, seperti intuisi.

Pada saat yang sama, cobalah untuk memperhatikan pikiran tanpa buru-buru, menyadari pikiran yang melewatinya, tetapi tidak mengidentifikasi atau menganalisanya. Bermeditasi dengan cara ini membantu kita untuk lebih dalam memahami sang diri.

Saat bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan ini, berikan perhatian khusus pada keadaan pikiran dan kesadaran diri.  Apakah pertanyaan-pertanyaan ini membuat kita lebih sadar akan kesadaran diri, tentang diri sendiri, tentang esensi di luar ego, yaitu diri kita yang sebenarnya?

Proses ini akan membawa kedamaian batin dan keheningan batin ke dalam hidup kita, yang akan membawa kita untuk mengalami kesadaran di luar ego.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Charisme Attitude