Otak kita terprogram dengan mekanisme yang hampir seperti saklar untuk lari dari situasi. Dimana kita mengalami tekanan emosional atau fisik yang hebat. Kita mungkin akan menjadi Emotional Numbness atau mati rasa secara emosional, hanya untuk melindungi diri sendiri. Tetapi ketika mati rasa emosional itu menjadi pilihan dan akhirnya mempengaruhi kemampuan untuk hidup, juga mempengaruhi kualitas hidup.
Emotional Numbness dapat didefinisikan sebagai proses menutup perasaan, defisit atau pembatasan emosional dalam kapasitas untuk merasakan atau mengekspresikan emosi. Hal ini juga dapat bermanifestasi sebagai penghindaran dan penolakan. Benar-benar dapat mencegah kita mengalami proses konfrontasi serta pemecahan masalah. Dan juga manajemen emosi yang sehat, yang merupakan jalan penting pertumbuhan bagi kita.
Emotional Numbness atau mati rasa secara emosional dapat kita sebut seperti tidak memiliki emosi yang dapat dijelaskan secara klinis. Beberapa orang menggambarkan mati rasa emosional seperti berada di dalam ruang hampa. Kondisi ini dapat menyulitkan individu untuk menyadari, bahwa mereka menderita stres berkepanjangan atau depresi. Terutama karena depresi sering direpresentasikan sebagai kesedihan.
Mungkin kita dapat menyebut Emotional Numbness sebagai penyakit rahasia, karena begitu meresap dalam masyarakat kita, dan sangat dapat diterima secara sosial. Sehingga seperti terbang di bawah radar, tidak terdeteksi oleh sekitar bahkan oleh diri sendiri. Dalam masyarakat yang sebagian besar tidak tahu bagaimana menangani emosi, dengan cara yang sehat dan disadari. Begitu banyak dari kita berjuang dengan itu, bahkan tidak menyadari bahwa kita memilikinya sampai masalah kronis mulai muncul.
Mati rasa emosional (Emotional Numbness) bukanlah sesuatu yang dialami oleh orang yang sehat secara mental. Biasanya merupakan efek samping dari beberapa situasi traumatis atau stres dan depresi.
Depresi
Jika kita mengalami mati rasa emosional secara teratur, tidak dipicu oleh peristiwa atau situasi yang jelas, bisa jadi itu mungkin merupakan tanda depresi yang mendasarinya. Sebagai sinyal gangguan depresi mayor, berarti seseorang tidak bereaksi seperti biasanya terhadap situasi yang bermuatan emosional. Alih-alih merasakan kegembiraan ketika mendapatkan kabar baik, seseorang dengan Emotional Numbness mungkin tidak merasakan apa-apa. Atau, ketika seharusnya merasa sedih ketika kehilangan seseorang atau sesuatu, orang tersebut justru merasa hampa.
Gangguan Depersonalisasi
Jika kita merasa tidak hanya mati rasa, tetapi juga secara fisik terputus dari tubuh, kita mungkin mengalami sesuatu yang disebut gangguan depersonalisasi/derealisasi. Kondisi ini terjadi pada kurang dari 2 persen populasi umum. Dan diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor biologis (sistem saraf di otak) dan pengalaman trauma atau kekerasan di luar. Hal ini kadang bisa menjadi tanda kondisi kejiwaan lainnya, jadi sangat membantu untuk menemui profesional kesehatan mental yang mungkin dapat membantu memahami gejala dengan lebih baik. Biasanya, depersonalisasi dapat diobati dengan kombinasi psikoterapi dan pengobatan.
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Pengalaman traumatis di masa lalu dapat menyebabkan pikiran dan rasa menjadi mati ketika menghadapi emosi yang mengembalikan ingatan itu. Orang dengan Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) mungkin melaporkan perasaan mati rasa, ketika mereka menemukan beberapa jenis pemicu, apakah itu tempat, orang, atau objek yang terkait dengan peristiwa traumatis. Ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah peristiwa itu sendiri. Dan itu bisa menjadi penghalang mental serius yang dapat mengganggu hubungan dengan orang lain atau menjalani kehidupan yang bebas kecemasan. PTSD seringkali membutuhkan bantuan terapis untuk dapat sepenuhnya melepaskan dan menyembuhkan.
Menghindari Momen yang Emosional
Dalam beberapa kasus, Emotional Numbness menunjukkan ketidaksiapan diri untuk menghadapi emosi negatif. Sehingga kita mendorongnya menjauh sebagai mekanisme untuk menghindari keharusan mengatasinya. Ini juga disebut ketidaktersediaan emosional, dan ini dapat membatasi kemampuan untuk membentuk hubungan yang dekat dan bermakna dengan orang lain. Ada banyak alasan mengapa orang menghindari menghadapi emosinya. Dan itu juga bisa dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan PTSD.
Duka yang Mendalam
Terkadang, ketika kesedihan yang dirasakan menjadi terlalu banyak, otak akan mati rasa pada perasaan untuk melindungi diri dari ketidaksenangan kesedihan dan kehilangan. Otak tidak ingin merasakan emosi negatif, jadi sebaliknya, ia akan mematikan kemampuan untuk memproses emosi apa pun.
Pelecehan Fisik, Mental, atau Emosional
Banyak korban trauma akan mengalami mati rasa emosional untuk melindungi diri dari pengalaman yang menyebabkan mereka sangat kesakitan. Inilah sebabnya mengapa terkadang orang akan melupakan apa yang mereka alami. Atau hanya mengingat sepotong-sepotong karena otak mereka berusaha melindungi mereka dari trauma.
Kecanduan Narkoba
Narkoba dapat mempengaruhi emosi kita dalam beberapa cara. Terkadang orang menyalahgunakan zat untuk berhenti merasakan hal-hal seperti kecemasan atau depresi, dan terkadang penggunaan obat dapat menyebabkan Emotional Numbness.
Obat atau Kondisi Kesehatan
Efek samping dari beberapa obat, terutama yang digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. Atau efek samping dari beberapa kondisi medis.
Memahami penyebab Emotional Numbness adalah kunci untuk mencari jalan keluar yang benar-benar dapat membantu. Karena biasanya ada alasan mendasar untuk terjadinya hal itu. Pengobatan hanya bisa menolong kemampuan kita untuk merasakan emosi, bukan untuk menyelesaikan masalah inti dan dapat menyebabkan kambuhnya Emotional Numbness.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Pivot
Berita lainya
Bagaimana Kebosanan Bisa Menjadi Sumber Kreativitas Anda?
Fleksibilitas Mental: Kunci Menghadapi Dunia Yang Dinamis
Mengenal Dan Mengatasi Fanxiety