Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan mental menjadi perhatian utama sebagian besar pekerja. Hal ini sering terjadi karena ketegangan dan tekanan kerja, yang dapat mengakibatkan terganggunya produktivitas, maupun kehidupan pada umumnya. Pada titik tertentu dalam karir kita, kita semua menghadapi stres atau kelelahan. Stres mengacu pada keadaan mental atau emosional, di mana seseorang menghadapi ketegangan.
Sedangkan burnout adalah suatu kondisi, yang dihasilkan dari paparan stres yang berkepanjangan. Ini mengarah pada kelelahan pada mental juga emosional.
Stres didefinisikan sebagai respons seseorang terhadap faktor yang mengganggu di lingkungan, yang menyebabkan perbedaan fisik, psikologis, atau perilaku. Intensitas stres tidak sama bagi semua individu, ada beberapa menjadi sangat stres karena mereka bereaksi berlebihan terhadap stres sementara beberapa memiliki stamina untuk mengatasi stres.
Burnout mengacu pada kondisi mental, emosional, atau fisik, kelelahan kronis yang terjadi karena stres yang berkepanjangan. Keadaan pikiran yang disebabkan oleh paparan berlebihan terhadap stres emosional yang intens, ditampilkan melalui kelelahan emosional dan sikap negatif. Seseorang yang mengalami burnout biasanya adalah penderita hipertensi, menghadapi depresi mental dan bersikap sinis terhadap segala hal.
Ada tiga tahap burnout, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi dan perasaan tidak efektif dan kurangnya pencapaian pribadi. Dampak tambahan dari ketiga tahap ini adalah sejumlah konsekuensi sikap dan perilaku negatif.
Untuk membantu mengelola stres, kita dapat melakukan banyak hal seperti, berlatih grounding, breathworking(latihan pernapasan), meditasi, rehat sejenak dari situasi yang menjenuhkan, traveling, bermain dengan hewan peliharaan, ataupun mendengarkan musik.
Positive self talk dapat membantu menurunkan tingkat stres dan mengatasi stres. Sedangkan negative self talk dapat memperkuat stres dengan mengarah pada harga diri yang rendah.
Membuat batasan pribadi, dapat melindungi kita dari paparan stres yang tidak perlu. Dengan membatasi garis apa yang dapat dan tidak dapat dilewati, kita dapat menghindari stres yang lebih berkepanjangan.
Sedangkan untuk burnout, stres yang berkepanjangan dan signifikan sehingga kita menjadi kelelahan. Kita dapat menolong diri kita sendiri dengan mencoba untuk fokus pada solusi, jangan fokus kepada masalah atau mencoba mencari masalah baru. Cobalah untuk bertanya kepada diri sendiri, bagaimana cara untuk keluar dari burnout ini. Berdayakan diri untuk bisa keluar dari burnout, dan mengelolanya.
Meluangkan waktu untuk diri sendiri juga dapat membantu. Burnout adalah hasil dari paparan sumber stres yang berkepanjangan dan terus-menerus. Kita bisa membuat jarak antara diri kita dan penyebab stres tersebut. Cobalah melakukan hal-hal yang membuat diri kita bahagia, seperti melakukan hobi atau sekedar jalan-jalan.
Pesimisme seringkali merupakan efek dari burnout. Fokuslah pada kemajuan dan pencapaian setiap kali kita merasa kewalahan. Ketika kita berfokus pada hal-hal baik dari pencapaian kita, kita dapat meminimalisir burnout.
Meminta dukungan dari keluarga atau teman dapat membantu kita menghadapi burnout. Menghadapi sumber stres bisa jadi cukup sulit, melakukannya sendiri dapat menjadi berlebihan dan menyebabkan kelelahan. Atau bisa juga kita meminta bantuan rekan kerja atau teman untuk membantu meringankan pekerjaan, sehingga bisa mengurangi salah satu sumber stres.
Perbedaan antara stres dan kelelahan mungkin terletak pada intensitas gejala yang kita alami. Merasa lelah mungkin berarti kita lelah secara fisik dan mental, kurang motivasi, mengalami kebingungan mental, dan merasa tidak produktif. Mengelola stres lebih awal, memberi jeda dari sumber stres yang berkepanjangan, dapat membantu kita menghindari burnout.
Stres datang pada kita dari segala sudut, pekerjaan, rumah, keluarga, dan kesehatan fisik kita. Garis antara stres dan burnout mungkin tidak kelihatan jelas, dan seringkali sulit untuk melihat di mana yang satu berakhir dan yang lainnya dimulai. Burnout menjadi akumulasi stres yang tidak terkendali dan menumpuk selama periode waktu tertentu. Mungkin bisa diibaratkan burnout sebagai kakak stres yang lebih besar, lebih jahat, dan lebih tua. Dibutuhkan stres untuk eksis, tetapi kita dapat mengalami stres tanpa burnout. Atau benar-benar mampu mengendalikan dan mengelola stres, sehingga hidup kita lebih bermakna.
Kesadaran kita dalam mengenal diri kita sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan. Tidak hanya mengenal diri kita, tapi kita juga mampu untuk memaknai hidup yang kita jalani.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : The Guardian
Berita lainya
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang
Mengenal Prosopagnosia: Ketidakmampuan Mengenali Wajah