Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Self Awareness, Apakah Kita Memilikinya?


Self Awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan kita untuk memahami hal-hal yang membuat kita menjadi diri kita sendiri sebagai individu, termasuk kepribadian, tindakan, nilai, keyakinan, emosi, dan pikiran kita.

Self Awareness pertama kali didefinisikan oleh Shelley Duval dan Robert Wicklund (1972). Ketika kita memusatkan perhatian pada diri kita sendiri, kita mengevaluasi dan membandingkan perilaku kita saat ini dengan standar dan nilai internal kita. Sebaiknya kita menjadi sadar diri sebagai evaluator objektif dari diri kita sendiri. 

Kita sering menghindari masalah, rasa takut, rasa sakit dengan melakukan pengalihan perhatian (distraction). Membawa pikiran kita ke waktu, atau tempat, atau dunia lain di mana si pikiran dapat aman dan terisolasi dari rasa sakit kehidupan. Contohnya, kita sering main HP saat makan, atau sedang berkumpul dengan teman. Dengan mudah kita teralihkan atau memang mencari pengalihan perhatian. 

Tidak ada yang salah dengan distraction atau pengalih perhatian. Kadang kita membutuhkan semacam pengalihan agar kita tetap waras dan bahagia. Akan tetapi kuncinya adalah bahwa kita perlu menyadari distraction kita. Dengan kata lain, kita perlu memastikan bahwa kita sadar kita memilih distraction kita. Kitalah yang memilih untuk mengalihkan perhatian.

Kebanyakan orang menghabiskan sebagian besar hari mereka dengan tenggelam dalam lautan distraction tanpa menyadarinya. Misalnya saat kita melihat handphone, niatnya hanya ingin lihat jam, tapi ada notifikasi dari komentar postingan kita, lalu kita balas komentar. Setelah itu tiba-tiba pikiran kita mengalir dalam media sosial itu, dan scrolling postingan dari teman. Dan akhirnya tenggelam dalam dunia itu, dan akan berhenti bila kita teralihkan kembali.

Di lain sisi, kita sering memaksakan diri. Kita terpaksa untuk berangkat ke kantor, terburu-buru. Atau kita terpaksa pergi traveling karena diajak teman atau keluarga. Apa yang kita rasakan, atau sadari saat kita terpaksa?

Dua kisah tersebut, adalah contoh kegiatan yang sering kita lakukan tanpa kita sadari. Dengan banyak alasan dan analisa, kita dapat menggambarkan kenapa kita melakukan itu. Banyak contoh lain yang kita temui dalam keseharian kita betapa kita kurang sadar, kurang waspada terhadap banyak hal dalam hidup kita.

Yang dibutuhkan dari dua contoh cerita di atas adalah, kesadaran kita bahwa kita melakukan pengalihan perhatian. Sadar bahwa yang kita lakukan saat itu, momen itu, adalah suatu pengalihan dari suatu bentuk keadaan yang tidak kita sukai. Untuk menghilangkan distraction, kita harus sadari dulu bahwa kita melakukan pengalihan. Sama halnya dengan menghilangkan paksaan, kita perlu menyadarinya. Cukup diamati saja kesadaran itu, tidak perlu dinilai benar atau salah. Ini adalah self awareness tingkat pertama, pemahaman sederhana tentang ke mana pikiran kita pergi dan kapan.  

Inilah sebabnya mengapa bermeditasi untuk waktu yang lama membuat banyak orang ketakutan, dan banyak alasan akan terurai. Meditasi pada dasarnya adalah praktik melatih pikiran agar tidak terlalu terganggu dan lebih fokus. Hasilnya ada beberapa orang menjadi kewalahan oleh semua perasaan yang telah mereka pendam selama ini.

Foto : Training Industry

Tingkat kesadaran diri (self awareness) yang kedua adalah di mana kita benar-benar mulai mencari tahu siapa kita sebenarnya. Yang artinya, kita menemukan banyaknya omong kosong yang terjadi dalam hidup kita. Dimana selama ini kita tidak menjadi diri kita sendiri, tapi karena tuntutan sekitar, atau definisi dari orang lain. Di tingkat ini, dimana kita harus merangkul semua emosi diri kita.

Kebanyakan kita melakukan apa yang diperintahkan, kita melakukan petunjuk atau ajaran, atau bahkan paradigma. Akhirnya kita menjadi tidak peka terhadap emosi diri sendiri.

Dibutuhkan waktu untuk merasa nyaman dengan semua emosi. Mengalami emosi-emosi itu dan membiarkannya terjadi adalah sesuatu yang membutuhkan banyak fokus dan banyak usaha. Yang pertama adalah bahwa emosi itu kuat, terutama bagi orang-orang yang telah menekan emosi mereka hampir sepanjang hidup mereka.  

Menyadari diri sendiri kadang berujung menilai diri sendiri, karena salah mengelola emosi atau memiliki pikiran yang bias dan egois. Akan tetapi, kembali kepada kesadaran itu sendiri. Apakah kita bisa menerima diri kita seperti apa yang kita pikirkan? 

Kesadaran diri membuka kita pada kesempatan untuk mencintai dan menerima diri kita sendiri. Ya, kita kadang-kadang bingung. Kadang kita salah menangani emosi kita. Ya, saya punya beberapa sifat buruk. Dan itu tidak apa-apa. Karena kita telah menerima kekurangan itu dalam diri kita, maka kita bisa menerima dan memaafkan kekurangan itu pada orang lain. Dan hanya dengan cara inilah cinta dan kasih sayang menjadi mungkin terjadi.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Hosbeg.com