Perayaan Halloween berasal dari festival Celtic kuno Samhain. Festival tersebut adalah tentang merayakan siklus kematian dan kelahiran kembali. Yang mana kemudian, pada abad kedelapan, Paus Katolik Gregorius III memutuskan untuk menyebut 1 November sebagai Hari Semua Orang Kudus. Seiring dengan waktu, dua hari libur yang berbeda mulai menyatu dan fondasi Halloween mulai terbentuk. Malam sebelum 1 November dikenal sebagai All Hallow’s Eve dan akhirnya kegiatan Halloween berkembang menjadi apa yang kita kenal sekarang.
Mengukir labu (awalnya kentang dan lobak), berdandan dengan kostum, dan membuat makanan lezat di Halloween berasal dari Samhain. Dikatakan bahwa pemakaian kostum di zaman kuno pada awalnya dilakukan untuk menghormati orang mati yang diizinkan bangkit dari “Dunia Bawah” untuk dikirim ke inkarnasi baru mereka, dan juga untuk melindungi diri dari roh jahat yang akan muncul. Di Samhain juga dikatakan bahwa selubung antara dunia ini dan tanah orang mati berada pada titik tertipisnya, sehingga komunikasi apa pun antara dunia ini dan akhirat didorong.
Samhain juga disebut merupakan waktu untuk menggali jauh ke dalam gua-gua pikiran bawah sadar dan bayangan diri manusia. Faktanya, Halloween adalah eksplorasi psikologis dari alam kehidupan yang gelap dan tidak diketahui, dan juga merupakan perayaan seram tapi juga menyenangkan pada sebagian orang.
Kita tidak dapat berbicara tentang Halloween tanpa berbicara tentang rasa takut dan juga kematian. Tetapi pertama-tama, mari kita renungkan sebuah pertanyaan. Kapan terakhir kali kita dan teman (atau keluarga) berbicara tentang kematian? Tentang benar-benar mendiskusikan kematian kita sendiri. Sebagai satu-satunya yang tak terhindarkan sepanjang hidup kita. Lalu apa yang bisa kita gambarkan?
Pada hari Halloween, banyak orang yang merayakannya tidak merasa takut. Mungkin malah mereka dengan sibuknya mencari kostum dan ikut ke pesta-pesta Halloween. Ketika kematian dan kehidupan berdiri di samping satu sama lain dan mengartikan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi. Sebagian manusia mungkin tidak suka perayaan Halloween, karena mereka merasa ketakutan. Tetapi ada sesuatu yang jauh di dalam diri kita yang perlu mengakui kenyataan bahwa, kematian dan dunia horor adalah bagian dari kehidupan kita.
Kematian dan kelahiran adalah siklus penting yang dapat kita lihat terus-menerus di dunia ini, dan itu juga sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Kita akan selalu melalui proses perjalanan dalam kehidupan kita sendiri. Halloween mungkin bisa menjadi moment untuk menghormati “kematian” yang kita semua alami setiap tahun. Kematian bisa dalam arti bukan hanya tentang hidup, tapi juga bisa tentang hal-hal buruk dalam diri kita yang akan kita matikan. Bisa menjadi waktu untuk berdamai dengan semua hal yang perlu kita lepaskan dan rayakan siklus yang baru.
Pada zaman pagan, ritual penting dilakukan di Samhain untuk merayakan kematian, para dewa, roh dan untuk memahami keterhubungan semua makhluk di alam semesta ini. Halloween bukanlah malam yang harus ditakuti. Perayaan ini dapat memberikan sedikit pemikiran ekstra pada fakta, bahwa kita adalah makhluk spiritual yang tidak pernah mati. Sebaliknya, kita hidup dalam bentuk dan cara yang berbeda. Kita terus menerus menciptakan diri kita sendiri melalui siklus kehidupan.
Apapun “kematian” yang mungkin bisa kita alami, apakah itu kematian ide, orang yang dicintai, sikap, hubungan, mimpi, dan sebagainya. Halloween dapat menjadi waktu perenungan yang tepat untuk menghormati pergeseran dan untuk menghormati energi baru yang sekarang akan ada.
Halloween juga merupakan waktu yang tepat untuk mengingat orang-orang terkasih yang telah pergi mendahului kita. Kita dapat melakukannya dengan menyalakan lilin, meninggalkan makanan favorit mereka, atau sekadar mengucapkan doa atau berkat.
Sebagian orang mengasosiasikan Halloween dengan rasa takut. Walaupun sebenarnya itu bukan festival ketakutan, melainkan kesempatan untuk menyambut yang tidak diketahui, melepaskan negativitas, dan membawa sedikit intuisi ekstra ke dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang dapat kita pelajari dari Samhain dalam perayaan Halloween?
Merangkul kegelapan.
Mengingatkan kita untuk tidak takut akan kegelapan. Ada banyak keindahan setelah hari-hari yang gelap yang mungkin harus kita lalui. Keajaiban dapat lahir dalam kegelapan. Dan saat kita menoleh ke dalam diri, jangan takut untuk melihat bagian gelap dari diri kita, jadilah pengamat. Tidak ada penilaian. Apa yang ingin ditunjukkan oleh bayangan kita atau sisi gelap kita? Apa yang dapat kita lihat jika kita menatap tanpa rasa takut pada kegelapan? Alangkah baiknya jika kita memeluk semua bagian dari diri kita itu dan hanya mengirimkan cinta yang dalam dan penuh kasih kepada diri kita sendiri.
Lepaskan apa pun yang dibutuhkan untuk mati.
Samhain adalah musim Kematian. Inilah saat dunia luar mati, untuk memberi ruang bagi kehidupan baru untuk dilahirkan. Jika kita cukup berani untuk melihat kegelapan dari diri kita, mungkin kita perlu melepaskannya untuk tumbuh & berkembang. Di sinilah kita meninggalkan hal-hal yang telah kita lewati dan memberikan ruang untuk hal yang baru dalam hidup kita.
Menjadi cukup berani untuk melakukan perjalanan ke dalam kegelapan membutuhkan kesadaran, perhatian & kasih sayang pada diri sendiri. Mungkin mengharuskan kita untuk menjadi begitu lembut & penuh kasih & baik kepada diri sendiri.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Time Out
Berita lainya
Mengenal Prosopagnosia: Ketidakmampuan Mengenali Wajah
Sindrom Alice in Wonderland: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Memasak Dengan Kesadaran Penuh: Seni Dan Manfaatnya