Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Memahami Rumus Kehidupan Penuh Makna ala Carl Jung


Hidup bisa diartikan dengan banyak cara, dan menjadi sudut pandang yang berbeda bagi setiap manusia. Dari seorang pencetus psikologi analitis terkenal, Carl Jung, ia berkata bahwa hidup akan menjadi indah, jika hidup kita utuh. Tetapi agar hidup menjadi utuh, pertama-tama kita harus menerima dan mencintai semua segi diri dari diri kita sendiri, dari cahaya dan bayangan, sadar dan tidak sadar, kekacauan dan ketertiban, dan lain-lain. Ini, tentu saja, menciptakan paradoks yang luar biasa dalam hidup. Mungkin itu sebabnya Carl Jung berkata, “Hanya paradoks yang mendekati untuk memahami kepenuhan hidup” dan “Sampai kita membuat kesadaran bawah sadar, hal itu akan mengarahkan hidup kita dan kita akan menyebutnya takdir”.

Jadi, bagaimana menari dalam paradoks dengan tersenyum? Bagaimana cara menjalani hidup bahagia di antara kegilaan dunia ini? Carl Jung memiliki sesuatu tentang hal tersebut dan menjadi suatu formula kemenangannya dalam hidup. Dia berkata, “Aku bukan yang terjadi padaku, aku adalah apa yang aku pilih untuk menjadi aku.”

Lalu apa yang dia maksud dengan semua itu? Kita bukan apa yang terjadi pada kita, yang satu ini bisa sulit untuk dipahami. Bisa diartikan dengan, pikiran kita bukan milik kita. Namun, jika kita telaah lebih lanjut, kita harus bisa melihat bahwa apa pun yang terjadi di luar kita, hanyalah cerminan dari apa yang terjadi di dalam diri kita. 

Jika seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan kepada kita, misalnya, pada awalnya sepertinya sumber rasa sakit berasal dari orang yang mengatakannya. Tetapi sebenarnya mereka hanya menyentuh sesuatu yang tidak terselesaikan di dalam diri kita. Mungkin kita bisa tidak percaya, dan kita mengabaikannya. Atau bahkan mungkin tertawa karena merasa hal itu konyol. Sebaliknya, jika kita percaya, hal tersebut bisa melumpuhkan kita berhari-hari. Semuanya bermuara pada bagaimana kita melihat diri kita pada akhirnya. 

Jika kita ditentukan oleh apa yang terjadi pada kita, kita berada di bawah kekuasaan dunia dan kebahagiaan akan selalu berada di luar diri kita. Namun, jika kita didefinisikan oleh sesuatu yang lebih besar, kita akan  terhubung dengan kebenaran yang lebih dalam yang menopang sifat abadi kehidupan dan kebahagiaan kita yang berada di dalam diri kita. 

Segala sesuatu yang mengganggu kita tentang orang lain dapat menuntun kita ke pemahaman tentang diri kita sendiri – Carl Jung. Tanpa orang lain, kita tidak dapat tumbuh karena kita tidak dapat mengakses setiap bagian yang mungkin tidak dapat kita lihat  dari diri kita, dan mungkin akan tetap tersembunyi tanpa mereka. Dan orang lain yang ada di luar diri kita, entah itu keluarga, kerabat, rekan kerja atau teman lama dan baru, merupakan orang-orang yang memang harus ada dalam kehidupan kita, dimana mereka akan menuntun kita kepada pemahaman tentang diri kita sendiri. 

Foto : Twitter

Carl Jung melanjutkan dengan mengatakan, “Apa pun yang ditolak dari diri kita, muncul di dunia sebagai peristiwa”. Jika kita terus menolaknya, itu akan terus muncul. Dan akan memiliki wajah, nama, dan lokasi yang berbeda, tentu saja, tetapi akar dan polanya akan tetap ada sehingga akan terus terjadi. Karena ketika kita merasa cemas, merasa tidak berharga, merasa kecil, atau jika kita takut dihakimi atau digunjingkan oleh orang lain, hal tersebut akan selalu muncul dan berulang agar kita dapat mengalami dan memahaminya. 

Namun, semuanya dimulai dalam diri kita terlebih dahulu. Atau mungkin lebih tepatnya, hal itu akan lebih menyakitkan ketika semua itu terjadi karena ada sesuatu yang menjadi luka batin atau bentuk kekurangan di dalam diri kita. 

Itulah sebabnya Carl Jung berkata, “Kita bertemu diri kita berkali-kali dalam seribu penyamaran di jalan kehidupan.” Dan juga, “Apa yang kita tolak, akan berkelanjutan.” Kita mengartikannya bahwa bagi kita untuk mematahkan pola kebiasaan lama, kita perlu berterima kasih kepada mereka yang ada dalam hidup kita. Dimana mereka yang menunjukkan kepada kita area diri kita yang perlu kita benahi dan kerjakan. Kemudian menerima diri kita sepenuhnya. 

Perjalanan kehidupan kita adalah proses yang sedang berlangsung. Dan kita mungkin perlu lebih berkomitmen pada pembelajarannya daripada sebelumnya. “Segala sesuatu berubah begitu kita mengidentifikasi dengan menjadi saksi cerita, bukan aktor di dalamnya” – Ram Dass.

Mahatma Gandhi pernah berkata, “Keyakinan kita menjadi pikiran kita. Pikiran kita menjadi kata-kata kita. Kata-kata kita menjadi tindakan kita. Tindakan kita menjadi kebiasaan kita. Kebiasaan menjadi nilai-nilai kita. Nilai-nilai kita menjadi takdir kita.”

Lao Tzu berkata, “Awasi pikiran kita, karena itu akan menjadi kata-kata kita. Perhatikan kata-kata kita, itu menjadi tindakan kita. Perhatikan tindakan kita, itu akan menjadi kebiasaan kita. Perhatikan kebiasaan kita, hal tersebut akan menjadi karakter kita. Perhatikan karakter kita, dan itu akan menjadi takdir kita.”

Buddha berkata, “Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan.”

Jadi untuk arti dari semuanya itu, sepenuhnya dipahami oleh setiap individu dalam kehidupannya. Kita tidak harus menjadi korban dari sekitar kita. Kita juga bisa menjadi arsiteknya.

Jelas jika kita dapat belajar untuk mengambil semua kegelapan, trauma, rasa sakit, penindasan, dan ketakutan menjadi kebijaksanaan, kebijaksanaan ini dapat mulai membantu dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi mereka yang akan datang. Penerimaan (acceptance) yang radikal ini dapat membebaskan kita. 

Dan Carl Jung tahu itu. Dia bahkan mengatakan juga, “Hak istimewa seumur hidup adalah menjadi diri kita yang sebenarnya.” Akan tetapi, pahamilah bahwa, hal yang paling sulit adalah menaklukkan dan menerima diri sendiri sepenuhnya.

Yang menjadi tujuan keberadaan manusia adalah untuk menyalakan cahaya makna dalam kegelapan. Itu semua tergantung pada bagaimana kita memandang sesuatu. Atau paling tidak dengan makna lebih berharga dalam hidup kita masing-masing-masing-masing.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Indiatimes.com