Kemarahan bisa menjadi emosi umum di antara orang-orang yang mengalami depresi berat. Mungkin merasa marah pada dunia, marah tentang peristiwa dari masa lalu, atau bahkan marah pada diri sendiri. Kemarahan ini bisa menjadi intens dan sulit dikendalikan, sampai-sampai memperburuk depresi dan memengaruhi hubungan pribadi dan profesional.
Depresi lebih dari sekedar melewati kesedihan. Menurut penelitian, hal ini adalah gangguan kesehatan mental yang dapat didiagnosis yang melibatkan perasaan mood rendah yang dikombinasikan dengan gejala lain seperti kesulitan berkonsentrasi dan/atau tidur, kehilangan minat dalam aktivitas yang menyenangkan, datar, perasaan putus asa, keraguan diri, dan banyak lagi.
Profesional kesehatan mental mendiagnosis bahwa gangguan depresi mayor, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental. Sebaliknya, kemarahan itu sendiri bukanlah kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis. Amarah adalah emosi yang tidak menyenangkan tetapi umum yang dialami setiap orang dari waktu ke waktu. Merasa marah ketika sesuatu membuat kita kesal, adalah wajar. Namun, perasaan marah yang tidak terkendali atau tidak pantas, dapat menandakan masalah mendasar, terutama ketika ada gejala depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa depresi pada pria terkadang memanifestasikan dirinya dalam kemarahan yang meledak-ledak dan tidak terkendali. Sebaliknya, kemarahan semacam ini lebih jarang dilaporkan oleh wanita dengan depresi.
Kaitan antara kemarahan dan depresi, menurut penelitian menunjukkan adanya disfungsi serotonin. Dengan kata lain, neurokimia di otak mungkin tidak seimbang. Untuk alasan ini, obat yang digunakan untuk mengobati depresi juga dapat membantu meredakan gejala kemarahan.
Kita dapat melakukan sendiri untuk mengelola depresi terkait kemarahan. Berikut adalah beberapa ide yang bisa dimulai dari diri sendiri,
- Kelola pemicu, menyadari apa yang dapat memicu amarah
- Ekspresikan amarah dengan cara yang sehat
- Kurangi kemarahan sebelum menjadi lebih parah dengan menjadi lebih tegas kepada diri sendiri atau melampiaskan emosi dengan tepat
- Berolahraga untuk melepaskan endorfin, bahan kimia yang membuat otak lebih baik
- Latihan pernapasan. Pernapasan membantu membawa tubuh ke dalam keadaan relaksasi dan meningkatkan aliran oksigen dalam tubuh. Untuk melatih pernapasan, cari tempat yang nyaman untuk duduk. Ambil napas, lalu buang napas melalui mulut. Kemudian, tutup mulut dan tarik napas dalam-dalam melalui hidung hingga hitungan keempat. Selanjutnya, tahan napas selama tujuh detik. Terakhir, buang napas perlahan melalui mulut selama delapan detik sambil mengeluarkan suara mendesis. Kemudian, ulangi siklus ini untuk setiap set napas.
- Pelajari meditasi atau yoga. Cobalah meditasi mindfulness atau yoga. Meditasi dan yoga dapat membantu mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati. Atau carilah meditasi yang berfokus pada kemarahan, depresi, atau kombinasi keduanya. Meditasi yang baik akan membawa diri kita ke dalam keadaan relaksasi yang mendalam, membantu melepaskan emosi negatif, dan membawa diri kita kembali ke kesadaran saat ini (present moment)
- Kembangkan support system. Carilah teman atau keluarga yang mengerti keadaan dan komunikasikan. Sebuah kelompok pendukung yang memahami apa yang kita alami sangat penting.
Jika Anda berjuang dengan kemarahan dan depresi yang mengganggu fungsi sehari-hari, temui profesional kesehatan mental untuk mendapatkan saran, diagnosis, dan perawatan. Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Banyak orang berjuang dengan kemarahan dan lekas marah terkait dengan depresi.
Menjadikan diri kita sebagai prioritas, adalah tepat, untuk meningkatkan hubungan dengan diri sendiri, dan juga untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Perlakukan diri kita dengan kebaikan dan rasa hormat, sama seperti kita menghormati orang lain juga. Cintailah diri kita sendiri, karena diri kita sangat layak untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : The Healthy
Berita lainya
Temukan Harmoni Melalui Pengalaman Sound Bath
Achievemephobia: Mengatasi Ketakutan Akan Kesuksesan
Bagaimana Kebosanan Bisa Menjadi Sumber Kreativitas Anda?