Dalam menjalani kehidupan dalam keseharian, sadarkah kita bahwa otak kita memiliki kecenderungan untuk melihat atau mengingat sesuatu yang negatif. Misalnya kita sedang pergi ke hotel mewah, tapi di hotel tersebut ada kecoak atau laba-laba. Bagian manakah yang kita ingat? Kemewahannya atau kecoaknya? Mungkin kita akan mengambil foto kecoak tersebut dan memamerkannya di media sosial. Bukan mengambil gambar kemewahan hotel tersebut.
Ketika sepanjang hari kita mengalami banyak momen indah, pekerjaan bisa selesai dengan baik, ditraktir teman kantor di restoran terkenal. Tapi kemudian ada kejadian bahwa kita kena copet. Bagian manakah yang kita ingat? Atau ketika kita sudah bekerja dengan baik dan menurut kita sempurna, tapi lalu atasan kita menegur kita karena kesalahan yang sepele, bagaimana emosi kita saat itu? Apakah senang karena bisa bekerja dengan baik, atau kecewa karena teguran hal sepele?
Negativity Bias atau bias negatif adalah kecenderungan kita untuk memprioritaskan kenegatifan dan juga untuk memikirkannya. Bias negatif juga berarti bahwa kita merasakan sengatan emosi negatif lebih kuat daripada kita merasakan sisi positif. Fenomena psikologis ini menjelaskan mengapa kesan pertama yang buruk bisa begitu sulit diatasi dan mengapa trauma masa lalu dapat memiliki efek yang bertahan lama. Dalam hampir semua interaksi, kita lebih cenderung memperhatikan hal-hal negatif dan kemudian mengingatnya dengan lebih jelas.
Sebagai manusia, kita memiliki kecenderungan
- Mengingat pengalaman traumatis lebih dalam daripada yang positif
- Mengingat hinaan daripada pujian
- Bereaksi lebih kuat terhadap kenegatifan
- Memikirkan hal-hal negatif lebih sering daripada yang positif
- Merespon lebih kuat terhadap kenegatifan daripada yang positif
Negativity Bias ini membuat kita lebih memperhatikan hal-hal buruk yang terjadi, membuatnya tampak jauh lebih penting daripada yang sebenarnya. Penelitianpun telah menunjukkan bahwa di berbagai peristiwa psikologis, manusia cenderung lebih fokus pada hal negatif karena mereka mencoba memahami dunia.
Bias negatif dapat memiliki dampak yang kuat pada perilaku kita, tetapi dengan menyadarinya berarti kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengadopsi pandangan hidup yang lebih positif. Mengambil pendekatan yang lebih penuh perhatian yang melibatkan kesadaran akan kecenderungan kita sendiri terhadap hal-hal negatif dan secara sadar mengangkat pikiran yang lebih bahagia ke garis depan kesadaran. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk memerangi bias negatif.
Merenungkan hal-hal negatif dapat berdampak serius, mengambil langkah untuk memerangi bias ini dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan mental kita. Di sinilah kita pentingnya mindfulness, atau hidup berkesadaran.
Penelitian menunjukkan bahwa bias negatif ini mulai muncul pada masa bayi. Bayi yang sangat muda cenderung lebih memperhatikan ekspresi wajah dan nada suara yang positif, tetapi ini mulai berubah saat mereka mendekati usia satu tahun. Studi otak menunjukkan bahwa sekitar waktu ini, bayi mulai mengalami respons otak yang lebih besar terhadap rangsangan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bias negatif otak muncul selama paruh kedua tahun pertama kehidupan seorang anak. Akan tetapi ada beberapa bukti bahwa bias sebenarnya bisa dimulai lebih awal dalam pengembangan. Satu studi menemukan bahwa bayi usia tiga bulan menunjukkan tanda-tanda bias negatif ketika membuat evaluasi sosial terhadap orang lain.
Bukti ilmu saraf telah menunjukkan bahwa ada pemrosesan saraf yang lebih besar di otak sebagai respons terhadap rangsangan negatif. Studi yang melibatkan pengukuran potensi otak terkait peristiwa (ERP), menunjukkan respons otak terhadap rangsangan sensorik, kognitif, atau motorik tertentu, telah menunjukkan bahwa rangsangan negatif menghasilkan respons otak yang lebih besar daripada yang positif.
Dalam studi yang dilakukan oleh psikolog John Cacioppo, peserta diperlihatkan gambar baik gambar positif, negatif, atau netral. Para peneliti kemudian mengamati aktivitas listrik di otak. Gambar negatif menghasilkan respons yang jauh lebih kuat di korteks serebral daripada gambar positif atau netral.
Karena informasi negatif menyebabkan lonjakan aktivitas di area pemrosesan informasi penting di otak, perilaku dan sikap kita cenderung lebih kuat dibentuk oleh berita, pengalaman, dan informasi buruk.
Oleh karena hal-hal tersebut diatas, mindfulness sangat berperan untuk menyadari setiap pikiran dan emosi yang kita rasakan. Kesadaran penuh akan berpengaruh dalam kita berpikir dan menyaring informasi, juga dalam berkata-kata.
Kehidupan yang merupakan perjalanan kita dalam belajar banyak hal, termasuk mengatasi kenegatifan. Ketika kita sadar penuh atas cara kerja otak kita dan emosi kita, kita mampu untuk tidak larut dalam kenegatifan. Karena otak kita yang cerdas mampu untuk memilahnya dan membiasakannya untuk melihat sesuatu yang positif.
Hal lain yang dapat membantu kita dalam mengganti cara berpikir ke arah yang positif adalah dengan melihat dari sudut pandang yang lebih tinggi, atau sudut pandang yang lain. Dengan mengganti sudut pandang, kita akan mendapatkan pemahaman yang berbeda. Latihlah diri kita untuk bisa lebih sadar akan diri kita sendiri.
Memahami diri sendiri mungkin lebih sulit daripada melihat kenegatifan diluar kita. Akan tetapi dengan menyadari penuh pentingnya kesehatan mental kita sendiri, dan juga kebahagiaan diri kita, sudah seharusnya kita berusaha untuk menyelami lebih dalam ke dalam diri kita.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Colby College dan Harville and Hellen
Berita lainya
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang
Mengenal Prosopagnosia: Ketidakmampuan Mengenali Wajah