Emotional blockage atau penyumbatan emosional terdiri dari penghalang yang membuat kita tidak berpikir kreatif untuk mencapai tujuan kita. Banyak orang menjalani hidup dengan kecepatan yang cukup normal, tetapi menderita emotional blockage di satu area kehidupan mereka atau yang lain. Misalnya, beberapa orang mungkin memiliki waktu yang mudah di tempat kerja, ramah dan akrab, tetapi dalam kehidupan romantis, mereka memiliki hambatan emosional yang tidak memungkinkan untuk maju.
Orang lain mungkin berkembang di bidang tentang pasangan, hubungan dan persahabatan, tetapi menjadi stagnan di tempat kerja, dan lain-lain. Sederhananya, mungkin orang tersebut tidak menunjukkan diri mereka apa adanya, karena ada sesuatu yang disembunyikan dari menjadi diri mereka sendiri. Mereka lebih memilih untuk hanya menunjukkan wajah mereka di masyarakat dengan topeng di atasnya, yang membuat mereka merasa lebih aman dan terlindungi.
Perilaku yang mencerminkan hambatan emosional termasuk menghindari aktivitas atau peristiwa karena takut melakukannya dengan tidak benar, gugup terus menerus, takut ditolak, malu, kurang motivasi, fokus pada hal negatif dan tidak mampu menemukan solusi, cemburu, iri hati, menghakimi daripada memahami, dan lain-lain.
Emotional blockage dapat berkembang karena rasa takut, insecure, rasa rendah diri, dan lain sebagainya. Di zaman sekarang ini, banyak dari kita yang cenderung menderita emotional blockage, karena kita sering bersandar pada hal-hal negatif. Banyak hal negatif yang kita serap melalui media sosial atau berita yang beredar.
Ketika emosi kita positif, pikiran akan terbuka dan keluarlah kreativitas, spontanitas, kealamian, motivasi, dan kegembiraan. Bayangkan kita melalui banyak interview pekerjaan, lalu akhirnya tidak termotivasi lagi karena mengalami banyak kegagalan. Dan yang ada di pikiran adalah merasa tidak kompeten, merasa tidak layak dan tidak mampu. Emosi tersebut akhirnya menjadi emotional blockage.
Namun, jika kita yakin bahwa kita memiliki peluang untuk bertarung, kemungkinan besar pewawancara secara tidak sadar akan merasakan hal yang sama. Untuk menghilangkan hambatan emosional, kita perlu fokus pada aspek positif dari situasi, karena saat kita berada dalam keadaan emosi positif, tidak akan ada hambatan.
Kita pasti pernah merasa ingin menangis, menjerit, tertawa, memukul bantal, atau malah berjoget. Kita sering diajari untuk mengubur rasa sakit dan berpura-pura. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan emosi tertekan, atau bahkan menjadi emotional blockage.
Akui dan rangkul semua emosi atau perasaan
Semakin kita memahami dunia emosional kita, semakin kita dapat mencerna emosi kita dengan cara yang sehat. Langkah pertama adalah terhubung dengan diri dan memahami emosi diri. Orang dengan emosi yang tertekan mungkin mengalami kesulitan mengidentifikasi perasaan mereka, oleh karena itu harus dengan kesadaran mengenali dan memahami diri. Atau bisa juga minta bantuan orang lain yang lebih paham.
Mengatasi trauma masa lalu
Seringkali, kita memiliki barang-barang yang kita bawa selama bertahun-tahun yang berasal dari masa kanak-kanak, atau masa lalu. Barang-barang tersebut pasti memiliki memori yang bisa memicu emosi kita. Dan bisa jadi malah merupakan trauma. Yang biasanya terjadi adalah, menyalahkan diri sendiri atau melemparkan kesalahan pada orang lain, merasa depresi dan menarik diri. Untuk mengatasi trauma, sangat penting untuk merasakan kesedihan tentang fakta bahwa kita mungkin tidak pernah mendapatkan apa yang kita inginkan. Lalu biarkan diri menyadarinya. Dan kenali pemicu trauma, dan kembangkan strategi untuk berdamai dengan rasa itu.
Shadow Work
Sisi lain dari diri kita, mengeksplorasi bagian-bagian berbeda dari diri kita yang kita sembunyikan, biasanya karena rasa malu atau ketidakmampuan. Orang cenderung menyembunyikan bagian diri mereka yang menurut mereka tidak dapat diterima. Misalnya, kita disuruh diam atau berhenti menangis saat kita kesal atau sedih saat masih kecil. Pembatalan emosional ini dapat menyebabkan kita merasa malu dengan emosi kita atau meremehkannya.
Melatih keheningan
Menjadi diam dan hening memungkinkan kita untuk bisa bersama pikiran dan perasaan kita dalam keadaan saat ini (present moment). Memanfaatkan jaringan mode default otak, yaitu saat otak memasuki keadaan diam. Hal ini memicu apa yang oleh para ilmuwan disebut kognisi yang dihasilkan sendiri, yang mencakup hal-hal seperti melamun atau membiarkan pikiran kita mengembara. Dengan sejenak melepaskan diri dari pengaruh eksternal, penelitian mengatakan orang dapat lebih terhubung dengan pikiran, emosi, dan keinginan batin mereka.
Ketika sebuah emosi tidak sepenuhnya diproses, itu bisa menjadi “macet” di dalam tubuh. Namun, itu adalah struktur limbik otak tempat pemrosesan emosional terjadi. Sementara beberapa area tubuh kita pasti menahan ketegangan atau mungkin terkait dengan pengalaman emosional, pada akhirnya otaklah yang merekonstruksi emosi tersebut.
Cobalah berpikir dengan cara yang membuat kita merasa gembira, sehat, santai, dan penuh harapan. Dan bawalah rasa itu ke seluruh tubuh. Pemikiran bahwa kita memiliki peluang yang baik, percaya pada diri sendiri, kita layak mendapatkan apa yang kita inginkan. Kesejahteraan dan kebahagiaan kita tidak bergantung pada apakah kita terpilih atau tidak, melainkan karena kita tahu bahwa, jika tidak hari ini, hal itu akan segera terjadi suatu saat nanti.
Ketika kita merasa mampu dan percaya bahwa sesuatu itu mungkin terjadi, kemungkinan besar itu akan terjadi. Saat kita percaya pada suatu kemungkinan, kita melepaskan getaran atau vibrasi yang menyebabkan orang lain merasakannya secara tidak sadar. Seringkali alasannya tidak diketahui, tetapi ada sesuatu yang meyakinkan dan menarik kita, dan bisa jadi keyakinan batin itulah yang akhirnya memindahkan gunung. Jadi jagalah baik-baik bahasa batin kita, karena jika ingin menjadi juara, kita harus berpikir seperti seorang juara.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Exploring Your Mind
Berita lainya
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang
Mengenal Prosopagnosia: Ketidakmampuan Mengenali Wajah
Sindrom Alice in Wonderland: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan