Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Mengatasi Kecemasan, Dimulai Dari Kesadaran Untuk Mengelolanya


Salah satu problem mental yang sering kita alami adalah kecemasan. Banyak hal yang bisa jadi pemicu kecemasan. Baik itu hal sepele seperti pakaian yang kita pakai kurang pas, atau terlambat ke kantor, bahkan cemas tentang masa depan. Kecemasan seperti bola salju yang bisa meluncur dengan cepat menjadi semakin besar, jika kita tidak menghadapinya saat bola tersebut masih dalam bentuk kecil.

Yang artinya kunci untuk mengelola kecemasan adalah menghadapinya segera setelah muncul di benak kita, dan masih dapat kita dikelola sebelum berubah menjadi sesuatu yang besar dan berdampak pada kesehatan mental serta fisik.

Tapi kira-kira bagaimana caranya? Kecemasan dapat berubah dari cuma sedikit menjengkelkan, akhirnya menjadi luar biasa dalam sekejap mata. Sementara solusi jangka panjang untuk kekhawatiran dan kecemasan kronis adalah dengan membangun kebiasaan yang baik. Dan salah satu cara terbaik untuk menghilangkan kekhawatiran dan kecemasan adalah dengan mantra, doa atau kata-kata afirmasi yang dapat mengganti keadaan cemas kita.

Kata-kata yang singkat, mudah diingat dapat membantu mengingatkan kita tentang value kita, tentang  apa yang benar-benar penting bagi kita. Yang terpenting adalah kita tetap fokus, tenang dan percaya diri, serta percaya bahwa semuanya baik-baik saja. Sambil dibantu dengan nafas yang teratur dan sadari nafas tersebut. 

Aku bukanlah pikiranku

Kekhawatiran menjadi luar biasa ketika kita terlalu mengidentifikasi apapun dengan pikiran kita. Kita merasa cemas dan takut karena pikiran itu terlintas di benak kita. Pikiran-pikiran tersebut datang sedikit demi sedikit dan akhirnya sangat bising. Kita akhirnya membuat analisa atau penilaian berdasarkan itu semua. Kita berasumsi bahwa pikiran kita benar. Padahal, pikiran bukanlah kebenaran. Faktanya, pikiran sering salah dan tidak membantu. Ketika kita terbiasa mengingatkan diri kita bahwa kita bukanlah pikiran kita, kita menciptakan pemisahan dan jarak antara pikiran tertentu dan realitas tentang siapa kita dan bagaimana dunia bekerja. Hal ini akan menjadi lebih mudah untuk melepaskan diri dari pikiran yang tidak membantu dan menimbulkan kecemasan seperti kekhawatiran.

Hanya karena terasa buruk bukan berarti itu buruk

Pusat ketakutan otak kita dirancang untuk membuat kita aman dari bahaya dan kematian. Dirancang seperti sistem alarm untuk tubuh kita.  Tapi seperti alarm mobil atau alarm kebakaran, pusat ketakutan otak kita dapat mengalami alarm palsu , situasi di mana otak kita berpikir ada sesuatu yang berbahaya padahal sebenarnya tidak. Dan hasilnya adalah banyak kecemasan dan kekhawatiran yang tidak perlu.

Sebagai contoh, kita tiba-tiba mendapat telepon tengah malam dari pasangan atau keluarga dekat kita. Dengan segera otak kita akan berasumsi bahwa sesuatu yang buruk terjadi, lalu kita khawatir dan cemas walaupun kita belum tahu kabar apa yang kita dapatkan dari telepon tersebut. Otak kita langsung bereaksi dengan skenario yang buruk.  Kunci agar sistem alarm pribadi berfungsi dengan baik adalah mengajarkan otak kita bahwa tidak semua yang tampak buruk sebenarnya buruk. Latih otak kita untuk tenang dan tidak jatuh ke dalam lingkaran besar kekhawatiran dan kecemasan.

Foto. Mayo Clinic Health Center

Lebih sedikit tapi lebih baik

Salah satu pemicu terbesar kekhawatiran dan kecemasan yang ditimbulkan adalah, perasaan kewalahan. Kita memiliki begitu banyak item dalam to do list sehingga kita akhirnya merasa semuanya tumpang tindih dan kewalahan. Jadwal kita sangat padat dengan berbagai hal sehingga tidak ada waktu untuk menyelesaikan pekerjaan sebenarnya. Misalnya, kita ada suatu pekerjaan yang harus diselesaikan. Tiba-tiba kerabat dekat menelepon hanya untuk cerita sesuatu. Kemudian ada sahabat yang mengajak untuk berdiskusi, dan lain-lain. Kewalahan terjadi begitu saja. 

Cara terbaik untuk tidak terlalu cemas adalah menghindari kewalahan sejak awal. Beberapa kewalahan dalam hidup kita mungkin tidak terhindarkan.  Tapi mungkin kita meremehkan kemampuan kita untuk mengelolanya dengan lebih baik. Karena kita adalah bos atas diri kita sendiri. Gabungkan ini dengan kecenderungan alami untuk ingin menjadi baik. Jangan sampai kita berakhir dengan apa yang tidak kita inginkan. Misalnya, terlalu ingin menyenangkan hati orang lain (people pleasure). Solusinya adalah mengingatkan diri sendiri tentang ide yang sangat sederhana, yaitu lebih sedikit tetapi lebih baik

Dalam kelemahlembutan ada kekuatan

Bagi banyak orang, kekhawatiran dan kritik diri berjalan beriringan satu sama lain. Segera setelah kita mulai mengkhawatirkan sesuatu, kita sudah menyalahkan diri sendiri, atau mempertanyakan Tuhan.  Reaksi spontan kita hanya karena terlalu kritis dan menghakimi diri sendiri, dan mulai khawatir juga cemas. Sayangnya, kekhawatiran dan kritik diri hanya memperkuat satu sama lain dan membuat kita lebih mungkin tersesat dalam longsoran kecemasan yang lebih besar. Kita dapat sedikit mengurangi kebiasaan mengkritik diri sendiri, kita akan merasa jauh lebih mudah untuk melepaskan diri dari kekhawatiran. Setidaknya dalam pikiran kita, menjadi kuat artinya berusaha lebih keras dan membuat sesuatu menjadi berbeda, terkadang hanya memperburuk keadaan.  Di sisi lain, ketika kita bersikap lembut terhadap diri kita sendiri, termasuk dengan kekhawatiran dan rasa tidak aman kita, sebenarnya menjadi lebih mudah untuk melewatinya dan melanjutkan hidup.

Fokus pada orangnya, bukan masalahnya

Pada akhirnya, sebagian besar kekhawatiran dan kecemasan kita terkait dengan orang lain dan hubungan kita dengan mereka.  Kita cenderung khawatir setelah konflik dengan orang lain.  Fokus pada orangnya, bukan masalahnya. Jelas, sebagian besar konflik muncul karena beberapa masalah.  Jadi kecenderungan alami kita adalah mencoba dan memperbaiki masalah dengan segera. Tapi ini biasanya kesalahan karena suka atau tidak suka, masalah interpersonal biasanya mengharuskan kita bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikannya. Alih-alih terjun ke masalah dan semua ide cemerlang untuk segera memperbaikinya, luangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan orang lain. Tanyakan kepada mereka apa yang mereka pikirkan tentang masalahnya, pertimbangkan dengan tulus, lakukan brainstorming berbagai cara untuk mendekati masalah tersebut, dan lain-lain. Kita akan jauh lebih mungkin menyelesaikan masalah dengan baik jika kita berfokus pada orangnya terlebih dahulu, bukan masalahnya.  

Pada akhirnya, semuanya ada di tangan kita sebagai pemilik perjalanan kehidupan ini. Sejatinya, kita adalah mahluk Tuhan yang memiliki pemahaman tentang diri kita sendiri. Kecemasan adalah bagian dari perjalanan kehidupan ini, dimana kita harus belajar mengelolanya serta memahaminya. Sehingga kita tidak perlu stuck atau mengulangi masalah kecemasan.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Psycom Pro