Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Mengenal Gaslighting, Bentuk Manipulasi yang Perlu Kita Ketahui


Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis. Di mana seseorang atau kelompok menyebabkan seseorang mempertanyakan kewarasan, ingatan, atau persepsi mereka sendiri tentang realitas. Orang yang mengalami gaslighting mungkin merasa bingung, cemas, atau seolah-olah tidak bisa mempercayai diri sendiri.

Manipulasi atau bisa disebut dengan pelecehan psikologis datang dalam berbagai bentuk. Gaslighting menggambarkan jenis manipulasi seseorang. Umumnya, terjadi ketika salah satu pasangan membuat pasangannya mengalami delusi.  Apa pun yang dilakukan teman atau pasangan, yang dapat membuat kita mempertanyakan persepsi kita tentang realitas.

Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka dilecehkan sampai bertahun-tahun setelah mengalami kerusakan emosional. Kita sering mendengar orang membawa ‘kisah’ bawaan dari masa lalunya. Saat kita menjadi korban gaslighting, masa lalu dapat menghantui masa kini dan masa depan.

Ironisnya, gaslighting dalam hubungan romantis jauh lebih sering terjadi dari yang dapat kita bayangkan.  Manipulator biasanya ingin mengubah ingatan, kewarasan, atau penilaian kita, dan ada beberapa tanda yang mengkhawatirkan untuk dipertimbangkan. Manipulasi yang intens ini dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, bersamaan dengan masalah kesehatan mental lainnya. Karena penganiayaan dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Berikut beberapa contoh kasusnya.

Saat seseorang yang melakukan gaslighting mempertanyakan ingatan teman atau pasangannya.  Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti, “kamu yakin tentang itu?”, “ah kamu kan memiliki ingatan yang buruk”. Atau “sepertinya kamu lupa apa yang sebenarnya terjadi”, dan lain-lain.

Atau saat orang dengan gaslighting yang berpura-pura tidak memahami percakapan, atau menolak untuk mendengarkan. Lalu membuat orang yang terlibat dalam percakapan meragukan diri mereka sendiri. Misalnya, mereka mungkin berkata, “Sekarang kamu hanya membuatku bingung,” atau “Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan.”

Yang sering terjadi adalah, ketika seseorang meremehkan atau mengabaikan perasaan orang lain.  Mereka mungkin menuduh mereka “terlalu sensitif” atau bereaksi berlebihan dalam menanggapi kekhawatiran yang sah dan masuk akal. Atau melibatkan seseorang yang menolak untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka mungkin melakukannya dengan berpura-pura melupakan apa yang terjadi. Atau mengatakan bahwa mereka tidak melakukannya, dan menyalahkan perilaku mereka pada orang lain.

Mengalihkan, dengan teknik ini, seseorang mengubah fokus diskusi dengan mempertanyakan kredibilitas orang lain. Misalnya, mereka mungkin berkata, “Itu hanya omong kosong yang kamu baca di internet. Itu tidak nyata.”

Gaslighting adalah teknik yang merusak persepsi seseorang tentang realitas.  Saat seseorang melakukan gaslighting kepada kita, kita mungkin menebak-nebak diri sendiri, ingatan, kejadian terkini. Dan persepsi kita atau malah kita bisa meragukan diri kita sendiri. Setelah berkomunikasi dengan orang yang melakukan gaslighting kepada kita, kita mungkin merasa bingung. Dan bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan diri kita.  Dan kitapun mungkin terdorong untuk berpikir bahwa kita sebenarnya yang harus disalahkan atas sesuatu atau bahwa kita terlalu sensitif. Gaslighting dapat membingungkan kita dan membuat orang mempertanyakan penilaian, ingatan, harga diri, dan kesehatan mental kita secara keseluruhan.  

Foto : Rappler

Orang-orang yang terlibat dalam gaslighting seringkali adalah pembohong atau terbiasa berbohong dan patologis serta sering menunjukkan kecenderungan narsistik. Biasanya mereka berbohong terang-terangan dan tidak pernah mundur atau mengubah cerita mereka. Bahkan ketika kita menegur mereka atau memberikan bukti penipuan mereka.  Mereka mungkin mengatakan sesuatu seperti, ‘kamu mengada-ada’, ‘itu tidak pernah terjadi’, atau ‘kamu gila’.

Mereka juga mungkin menyebarkan rumor dan gosip tentang kita kepada orang lain.  Mereka mungkin berpura-pura mengkhawatirkan kita. Sambil secara halus memberi tahu orang lain bahwa kita tampak tidak stabil secara emosional atau cerita mengada-ada lainnya. Sayangnya, taktik ini bisa sangat efektif dan banyak orang memihak pelaku atau penindas tanpa mengetahui cerita lengkapnya.

Saat kita bertanya kepada seseorang yang melakukan gaslighting, atau menegur mereka untuk sesuatu yang mereka lakukan atau katakan. Mereka mungkin mengubah topik pembicaraan. Mereka akan mengajukan pertanyaan alih-alih menanggapi masalah yang sedang dihadapi. 

Setiap diskusi yang kita lakukan entah bagaimana dipelintir ke tempat dimana kita harus disalahkan atas sesuatu yang terjadi. Bahkan ketika kita mencoba untuk membahas bagaimana perilaku pelaku membuat kita merasa bersalah. Mereka dapat memutarbalikkan percakapan sehingga kita akhirnya mempertanyakan apakah kita adalah penyebab perilaku buruk mereka. 

Menggunakan kata-kata yang penuh kasih kadang bisa sebagai senjata mereka. Ketika ditegur atau ditanyai, seseorang dengan gaslighting akan menggunakan kata-kata yang baik dan penuh kasih untuk mencoba memuluskan situasi. Mereka mungkin mengatakan sesuatu seperti, “kamu tahu betapa aku mencintaimu. Aku tidak akan pernah menyakiti kamu dengan sengaja.” 

Gaslighting dapat mencakup berbagai taktik termasuk berbohong, mengganggu, menyangkal, dan menyalahkan. Ketika kita berhadapan dengan seseorang yang menggunakan gaslighting sebagai alat manipulasi. Perhatikan baik-baik apa yang mereka lakukan, bukan kata-kata yang mereka pilih.

Jika kita yang mendapat perlakuan gaslighting, hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan dan depresi. Bahkan masalah kesehatan mental lainnya termasuk kecanduan dan pemikiran bunuh diri. Karena alasan ini, penting untuk mengenali diri kita apabila kita mengalami gaslighting.  Tanyakan kepada diri sendiri apakah kita meragukan perasaan dan kenyataan diri kita. Penting untuk kita dapat menyadarinya dan meyakinkan diri kita bahwa kita baik-baik saja.

Kita tidak perlu takut untuk berbicara atau mengekspresikan emosi kita. Mungkin kita telah belajar bahwa membagikan pendapat bisa membuat kita merasa lebih buruk pada akhirnya. Maka alangkah baiknya jika kita tetap diam. 

(DK-TimKB)

Sumber Foto : MindDoc